Kampanye pemilu parlemen Singapura telah secara resmi dimulai. Setelah sempat memicu kontroversi, saudara laki-laki Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, Selasa (30/6), mengatakan, ia tidak mencalonkan diri dalam pemilu yang rencananya berlangsung bulan depan, namun berharap bisa menjadi “katalis bagi perubahan”.
Lee Hsien Yang, yang membawa pertikaian keluarga ke arena politik karena bergabung dengan sebuah partai oposisi, mengatakan, Partai Aksi Rakyat (PAP), partainya Lee Hsien Loong yang kini berkuasa, telah tersesat. Lee Hsien Yang mengatakan, partai itu bukan lagi partai yang diperjuangkan ayah mereka, mantan perdana menteri Lee Kuan Yew.
Dalam sebuah pernyataan yang menyerang saudaranya, Lee Hsien Yang mengatakan, politik yang dimonopoli keluarga menyebabkan pemerintahan yang buruk, dan bahwa apara pemimpin Singapura telah gagal memperjuangkan kepentingan rakyat.
“Saya memilih untuk tidak mencari jabatan politik karena saya yakin Singapura tidak memerlukan seorang Lee yang lain,” kata Lee Hsien Yang di halaman Facebook-nya. “Saya tidak mencari kekuasaan, gengsi, atau imbalan finansial dari jabatan politik. Saya berharap bisa menjadi katalis perubahan,” lanjutnya.
“Kita memerlukan ide-ide baru untuk menghidupkan kembali Singapura, Kita harus melangsungkan dialog jujur dan debat sengit yang melibatkan semua suara di Singapura dalam usaha menghadapi tantangan di masa depan,” tambahnya sambil mendesak warga Singapura untuk memberikan suara mereka dalam pemilu tanpa rasa cemas demi masa depan yang lebih baik.
PAP, yang memerintah Singapura sejak 1959, dipuji atas pengelolaan ekonominya yang baik namun juga dikecam karena berusaha membungkam media dan suara-suara yang menentang.
Partai itu membukukan kemenangan meyakinkan pada pemilu 2015 karena meraih 69,9 persen siara dan merebut 83 dari 89 kursi parlemen yang dipersaingkan. Tahun ini, pemilu memperebutkan seluruh 93 kursi di parlemen dan PAP diperkirakan akan kembali menang karena kelompok-kelompok oposisi terbelah. [ab/uh]