Saudi Tolak Tuntutan Iran agar Akhiri Serangan Udara di Yaman

Asap mengepul akibat serangan udara Saudi di Sana'a, Yaman (8/4). Arab Saudi terus melakukan serangan udara terhadap posisi-posisi pemberontak Syiah Houthi.

Arab Saudi hari Minggu (12/4) menolak tuntutan Iran agar mengakhiri serangan udara terhadap pemberontak Syiah Houthi di Yaman.

Arab Saudi hari Minggu (12/4) menolak tuntutan Iran agar mengakhiri serangan udara terhadap pemberontak Syiah Houthi, sekutu Iran di negara tetangganya, Yaman.

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pekan lalu mengatakan serangan udara yang diluncurkan koalisi pimpinan Arab Saudi adalah "kejahatan dan genosida."

Tetapi Menteri Luar Negeri Arab Saudi Saud al-Faisal mengatakan, "Kami tidak datang ke Yaman untuk kepentingan kami sendiri. Kami datang ke Yaman untuk membantu pemerintahan yang sah," memulihkan pemerintah Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang baru-baru ini melarikan diri ke Arab Saudi sementara kekacauan melanda negaranya yang miskin. "Iran tidak bertanggungjawab atas Yaman," ujar Menteri Luar Negeri Arab Saudi itu dalam jumpa pers di Riyadh.

Arab Saudi, yang dominan penduduknya Sunni, hari Sabtu mengatakan setidaknya 500 pemberontak Syiah tewas di perbatasan Arab Saudi dan Yaman sejak koalisi pimpinan Arab Saudi meluncurkan serangan udara akhir bulan lalu terhadap pemberontak Houthi yang berusaha menguasai Yaman.

Pernyataan Kementerian Pertahanan Arab Saudi tidak merinci cara penghitungan korban yang tewas. Tetapi jurubicara koalisi sebelumnya hari itu menyatakan koalisi melancarkan 1.200 serangan udara antara 26 Maret dan Sabtu tengah hari, termasuk serangan mendadak terhadap kota pelabuhan Aden di Yaman selatan, yang menewaskan setidaknya 22 orang.

Sementara itu, kapal perang koalisi menyerang posisi Houthi di luar kota Ataq, Yaman selatan, sedangkan penduduk kota melaporkan serangan-serangan udara terhadap pangkalan militer di sana.