India, yang saat ini menjabat sebagai presiden Kelompok 20 negara-negara industri dan berkembang (G20), telah mengusulkan aliansi biofuel (bahan bakar hayati) global untuk mempercepat pengembangan bahan bakar berkelanjutan dengan tujuan mendukung transisi energi global.
Usulan pembentukan aliansi ini kemungkinan akan diumumkan secara resmi pada KTT G20 yang berlangsung pada akhir pekan ini di New Delhi, dan diperkirakan lebih dari 15 negara akan mendaftarkan diri untuk menjadi bagian dari aliansi tersebut.
Amerika Serikat, Kanada, dan Brazil merupakan beberapa negara yang diperkirakan akan bergabung dengan India dalam aliansi tersebut.
Pravin Srivastava, asisten wakil presiden unit penyulingan Bajaj Hindusthan Sugar Ltd., mengatakan aliansi ini akan menguntungkan bagi para petani tebu.
“Petani India akan mendapatkan keuntungan dari produksi biofuel karena hasil tebu akan diubah menjadi bahan bakar. Hal ini akan meningkatkan pendapatan petani. Mereka akan makmur," katanya.
Apa Itu Biofuel?
Bahan bakar apa pun yang dihasilkan dari hasil pertanian atau limbah organik adalah biofuel (bahan bakar hayati).
Manusia telah menggunakan biofuel sejak dahulu kala – misalnya, membakar kayu dan kotoran untuk memasak, pemanas, dan penerangan.
BACA JUGA: Ilmuwan Chile Produksi Biodiesel dari MikroalgaSumber energi ini semakin populer dalam beberapa dekade terakhir karena potensinya menghasilkan energi yang lebih ramah lingkungan dibandingkan sumber energi lainnya.
Biofuel dikategorikan berdasarkan sumbernya, dan setiap kategori dikenal sebagai “generasi.” Biofuel generasi pertama berasal dari tanaman pangan seperti jagung dan tebu, generasi kedua dari tumbuhan dan limbah pertanian yang tidak dapat dimakan, dan generasi ketiga dari alga.
Jenis biofuel yang populer seperti etanol, biodiesel, dan biogas dapat diproduksi dari salah satu sumber berikut dan diklasifikasikan berdasarkan sumber produksinya. Misalnya, etanol yang dihasilkan dari jagung diklasifikasikan sebagai etanol generasi pertama. [lt/ab]