Pejabat Australia mengatakan sedikitnya 20 orang meninggalkan kamp tahanan Australia untuk pengungsi lelaki di pulau Manus, Papua Nugini, pada hari Jumat.
Hampir 600 orang masih berada di kamp tersebut. Mereka diberi waktu hingga Sabtu ini untuk meninggalkan kamp tersebut secara sukarela, atau kalau tidak, akan dikeluarkan secara paksa.
Penghuni kamp itu menerima ultimatum tersebut dalam pengumuman yang dipasang di kamp di Pulau Manus itu hari Kamis. Para penghuni berlindung di dalam kamp sejak pekan lalu, sewaktu pasokan listrik, air dan makanan dihentikan dan fasilitas itu ditutup. Mereka menyatakan takut diserang penduduk setempat yang bersikap memusuhi jika mereka dibawa ke tempat-tempat pengungsian alternatif di daerah-daerah sekitarnya.
Shen Narayanasamy, salah seorang direktur HAM kelompok aktivis Australia GetUP, mengatakan para penghuni kamp itu sakit, kehausan dan kelaparan. Menurutnya, para penghuni tidak akan memilih tinggal di kamp itu jika mereka merasa lebih aman di tempat lain.
Polisi dan petugas imigrasi terus membongkar kamp itu hari Jumat, termasuk memindahkan wadah-wadah air yang dibuat para pengungsi guna menampung air hujan untuk minum.
Australia mengagendakan penutupan kamp Manus setelah Mahkamah Agung Papua Nugini tahun lalu menetapkan bahwa kamp tersebut tidak konstitusional karena melanggar kebebasan pribadi para pengungsi. [uh/lt]