Usulan perombakan terhadap dinas-dinas intelijen negara itu hanyalah satu dari lebih dari 30 rekomendasi yang diajukan komisi itu dalam sebuah laporan yang dirilis Selasa.
Penyelidikan mendapati bahwa dinas-dinas intelijen negara itu kehilangan jejak Said Kouachi hanya beberapa bulan setelah ia dan saudara laki-lakinya, Cherif, melangsungkan serangan 7 Januari terhadap kantor majalah satir mingguan Charlie Hebdo yang mengakibatkan 12 orang tewas.
Georges Fenech, ketua komisi penyelidikan, mengatakan, kepala-kepala dinas intelijen Perancis mengaku selama penyelidikan itu bahwa serangan terhadap Charlie Hebdo, dan serangan-serangan terkoordinasi terhadap gedung konser Bataclan, sebuah stadion olahraga, serta beberapa bar dan restoran, 10 bulan kemudian, merupakan kegagalan intelijen global. Kedua serangan itu menewaskan 147 orang.
Komisi itu juga mempertanyakan apakah keadaan darurat yang diberlakukan setelah serangan November dan pengerahan tentara untuk melindungi sekolah-sekolah, sinagoga-sinagoga, dan pusat-pusat perbelanjaan, memberi pengaruh nyata terhadap situasi keamanan negara itu. [ab/uh]