Nama perusahaan itu Sanivation dan berbasis di Naivasha, sekitar 100 kilometer dari Nairobi. Setiap pekannya, bertruk-truk kotoran manusia didatangkan ke pabrik itu untuk diolah menjadi bahan bakar yang dapat digunakan untuk memasak makanan dan memanaskan rumah.
Paul Manda, salah seorang manajer Sanivation, mengaku awalnya sulit memopulerkan bahan bakar produksi perusahaannya itu.
"Awalnya, sangat sulit untuk meningkatkan minat konsumen terhadap produk kami. Orang-orang dulu berpikir bahwa baunya sangat menyengat, tetapi sesungguhnya tidak demikian. Kami mengolahnya dengan sangat baik. Orang-orang bahkan bisa memanfaatkannya untuk memanggang makanan,” jelasnya.
Kotoran manusia itu sebelumnya diolah melalui proses pemanasan suhu tinggi untuk membunuh bakteri-bakteri di dalamnya. Kotoran itu kemudian dicampur dengan serbuk gergaji untuk membuat briket. Permintaan terhadap briket hasil produksi Sanivation kini luar biasa tinggi.
Your browser doesn’t support HTML5
“Kami saat ini sudah menjual lebih dari 120 ton. Kami kini sulit memenuhi permintaan pasar,” lanjut Paul.
Memanfaatkan kotoran manusia dan mengubahnya menjadi bahan bakar memiliki manfaat lingkungan. Menurut badan amal Water.org, 41 persen warga Kenya tidak memiliki akses ke sanitasi dasar. Sekitar 8,5 persen penduduk Kenya dilaporkan buang air besar sembarangan pada tahun 2020.
Sanivation pada awalnya menarget rumah tangga sebagai konsumen utama. Namun, karena rendahnya permintaan pada awalnya, mereka beralih ke pabrik pemasok dan bisnis-bisnis yang membutuhkan bahan bakar, seperti Pertanian Bunga Larmona.
Di Lamorna, makanan untuk karyawan dulunya dimasak dengan menggunakan arang dan kayu bakar. Kini, pertanian itu memanfaatkan briket kotoran manusia yang harganya lebih murah.
Mary Wangui, manajer Lamorna, mengatakan briket kotoran manusia lebih ramah lingkungan.“Kami beralih ke briket ini karena tidak mengeluarkan asap. Ini berbeda dengan arang biasa dan kayu bakar. Asap mempengaruhi kesehatan karyawan kami yang bekerja di kantin. Panas yang dihasilkan briket ini juga lebih tahan lama, sehingga kami lebih hemat dalam bahan bakar,” jelasnya.
Nickson Otieno, CEO Niko Green, sebuah perusahaan konsultan lingkungan ternama di Kenya, juga menyambut kehadiran briket kotoran manusia.
"Briket adalah alternatif yang baik untuk arang dan kayu. Karena terbuat dari limbah, kebutuhan untuk memanfaatkan pohon sebagai bahan bakar juga berkurang. Selain itu, jika dibuat dengan baik, briket dapat melakukan proses pembakaran secara efisien sehingga melepaskan lebih sedikit emisi yang berbahaya .” [ab/uh]