Sedikitnya 33.000 Orang di AS Meninggal Setiap Tahun akibat Senjata Api

Seorang perempuan menembak di arena tembak di East Dundee, Ill., 21 April 2015.

Senjata api mengakibatkan sekitar 33.000 kematian di Amerika setiap tahun, demikian menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit CDC.

Ini jauh lebih besar dibanding negara maju mana pun di dunia. Laporan situs berita Vox yang menggunakan laporan Badan PBB Urusan Kejahatan dan Narkoba UNODC mengatakan tingkat pembunuhan dengan menggunakan senjata api hampir empat kali lipat lebih tinggi dibanding Swiss dan hampir 16 kali lebih tinggi dibanding Jerman.

Hampir dua per tiga kematian yang menggunakan senjata api di Amerika adalah akibat bunuh diri. Perintah eksekutif presiden akan menambah 500 juta dolar untuk layanan perawatan kesehatan mental dan pelaporan terkait larangan pemilikan senjata api dan sistem pemeriksaan latar belakang.

Para pendukung pemilikan senjata api mengecam aturan wajib lapor yang mengharuskan mereka yang memiliki masalah kesehatan mental untuk menyerahkan senjata api mereka. Direktur sebuah fasilitas psikiatri di Connecticut yang mensyaratkan pelaporan semacam ini mengatakan kepada stasiun PBS "NewsHour" ia khawatir hal ini bisa membuat orang tidak mau berobat.

Sakit mental kerap dikutip dalam insiden penembakan massal yang memakan korban jiwa empat orang atau lebih, termasuk pelaku. Dalam kasus dimana penembak mati, sulit membuktikannya tanpa diagnosa sebelumnya. Tetapi sebagian besar orang yang memiliki penyakit mental tidak menimbulkan ancaman bagi orang lain danlebih sering menjadi korban dibanding menjadi pelaku, ujar Beth McGinty, asisten professor kebijakan kesehatan di Johns Hopkins University’s Center for Gun Policy Research. Ia mengatakan kepada VOA, ada bukti epidemiologis yang menunjukkan bahwa "3–5 persen kekerasan senjata api antar perorangan terkait langsung dengan penyakit kejiwaan.”

Harvard Injury Control Research Center lebih terang-terangan soal resiko penggunaan senjata api. “Kalau lebih banyak senjata api, akan lebih banyak pembunuhan,” demikian tulis situs pusat penelitian itu mengutip “sejumlah besar bukti.” [em]