Sejumlah aktivis lingkungan, Selasa (17/1), mengatakan bank-bank papan atas dunia terus membiayai proyek minyak dan gas baru yang tidak sesuai dengan target nol emisi karbon. Padahal industri tersebut berkomitmen terhadap langkah untuk menurunkan suhu Bumi itu.
Kelompok lingkungan membidik Glasgow Financial Alliance for Net Zero (GFANZ), yang telah muncul sebagai aliansi iklim utama untuk perusahaan industri keuangan yang berkomitmen untuk mencapai netralitas karbon pada 2050. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan suhu global sebesar 1,5 derajat Celcius pada abad ini.
Namun sebuah studi yang dilakukan oleh sejumlah lembaga non-pemerintah, di antaranya Reclaim Finance, BankTrack, Rainforest Action Network, Sierra Club dan Stand Earth, menemukan bahwa banyak bank top di dunia yang tergabung di subgrup Net Zero Banking Alliance pada GFANZ yang terus membiayai proyek migas yang baru. Para ahli meyakini langkah tersebut tidak sesuai dengan langkah untuk menahan pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius.
Pipa minyak mentah di Bryan Mound dekat Freeport, Texas. (Foto: via AP)
"Antara tanggal bergabung dan Agustus 2022, 56 bank teratas di NZBA memberikan setidaknya $269 miliar kepada 102 perusahaan pengembang bahan bakar fosil utama," kata kelompok tersebut.
Di bagian atas daftar adalah dua pemberi pinjaman asal Amerika Serikat: Citigroup, yang menggelontorkan $30,5 miliar untuk meningkatkan produksi minyak dan gas grupnya, diikuti oleh Bank of America dengan $22,8 miliar. Di tempat ketiga adalah MUFG Jepang dengan angka $22,7 miliar.
BACA JUGA: Inggris Setujui Tambang Batu Bara Baru Pertama dalam Beberapa Dekade, Picu Kemarahan
Kelompok iklim juga menekankan peran manajer aset yang terus menyimpan saham perusahaan migas yang sedang mengembangkan proyek baru.
Mereka menemukan 58 manajer aset teratas dalam aliansi memegang $847 miliar saham dan obligasi perusahaan yang mengembangkan proyek bahan bakar fosil baru.
"Sekarang ada kesepakatan luas...bahwa tidak ada ruang dalam anggaran karbon 1,5 derajat untuk karbon yang dibawa ke atmosfer dari pasokan bahan bakar fosil baru," kata Paddy McCully, penulis laporan dan analis untuk Reclaim Finance. [ah/rs]