Sekelompok Laki-Laki Bersenjata Jarah Gudang Pangan PBB di Darfur

Stok makanan milik Organisasi Pangan Dunia di ibu kota Sanaa, 27 Agustus 2019. Pejabat-pejabat Program Pangan Dunia WFP pada Rabu (29/12) mengatakan sekelompok laki-laki bersenjata telah menjarah sebuah gudang yang berisi 1.900 metrik ton bantuan pangan di Darfur. (Foto: AFP)

Pejabat-pejabat Program Pangan Dunia WFP pada Rabu (29/12) mengatakan sekelompok laki-laki bersenjata telah menjarah sebuah gudang yang berisi 1.900 metrik ton bantuan pangan di Darfur, di tengah lonjakan aksi kekerasan di kawasan di bagian barat itu.

Kantor berita lokal SUNA melaporkan warga di El Fasher, ibu kota negara bagian Darfur Utara, melaporkan terjadinya baku tembak di dekat gudang itu pada Selasa (28/12) malam. Pihak berwenang memberlakukan jam malam di kota itu tak lama setelah serangan tersebut. “Kami mendengar baku tembak intensif,” ujar Mohamed Salem pada AFP.

Seorang pejabat WFP mengatakan badan PBB itu sedang “melakukan audit atas barang-barang yang dicuri dari gudang itu, yang berisi sekitar 1.900 metrik ton produk pangan” yang dimaksudkan untuk menjadi pasokan guna menyelamatkan sebagian warga yang paling rentan. “Satu dari tiga warga di Sudan membutuhkan bantuan kemanusiaan,” ujar Khardiata Lo N'diaye, Koordinator Kemanusiaan PBB Untuk Sudan. Ditambahkannya, “bantuan kemanusiaan seharusnya tidak pernah menjadi target.”

Gubernur Darfur Mini Minawi di Twitter mengecam serangan itu sebagai “tindakan barbar,” dan mengatakan mereka yang bertanggungjawab “akan diminta pertanggungjawaban.”

Wilayah yang luas, gersang dan miskin yang telah dibanjiri senjata itu masih belum pulih dari konflik yang terjadi ketika masa pemerintahan Presiden Omar Al Bashir pada 2003, yang menewaskan ratusan ribu orang.

Meskipun konflik utama di Darfur mulai mereda di bawah kesepakatan damai yang dicapai dengan kelompok pemberontak utama tahun lalu, kekerasan masih terus terjadi. Wilayah itu mengalami lonjakan konflik sejak Oktober lalu, yang terutama dipicu oleh perselisihan atas tanah, ternak dan akses pada air dan penggembalaan, di mana sekitar 250 orang tewas dalam pertempuran antara penggembala dan petani.

Menurut Organisasi Internasional Untuk Migrasi IOM, puluhan ribu orang telah terpaksa meninggalkan rumah mereka.

BACA JUGA: Organisasi HAM & Kemanusiaan Dorong Akses Bantuan di Ethiopia

Aksi kekerasan itu terjadi ketika Sudan berusaha pulih dari pergolakan politik pasca kudeta yang dipimpin panglima militer Jendral Abdel Fattah Al Burhan pada 25 Oktober lalu.

Sekjen PBB Antonio Guterres pekan lalu mengutuk penjarahan dan aksi kekerasan yang dilaporkan terjadi di dekat bekas pangkalan logistik PBB di El Fasher, yang penyelesaiannya telah diserahkan pada pihak berwenang beberapa hari sebelumnya.

Misi Gabungan PBB dan Uni Afrika UNAMID telah mengakhiri operasi penjaga perdamaian selama 13 tahun di negara itu pada Desember 2020 lalu, tetapi Guterres mengatakan “sejumlah besar peratalan dan pasokan” dari pangkalan yang dijarah itu sedianya dimaksudkan untuk digunakan warga Sudan.

Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, lebih dari 14 juta warga Sudan akan membutuhkan bantuan kemanusiaan tahun depan; jumlah tertinggi dalam sepuluh tahun. [em/ah]