Sekitar 40 orang, kebanyakan warga sipil, tewas dalam kekerasan di wilayah sengketa di perbatasan Sudan Selatan dengan Sudan pada akhir pekan lalu. Sementara itu ratusan lainnya mencari perlindungan di kompleks penjaga perdamaian PBB, kata seorang pejabat pemerintah, Senin (5/2).
Bentrokan kerap terjadi di wilayah Abyei antara faksi-faksi yang bersaing dalam kelompok etnik Dinka karena perselisihan mengenai lokasi batas administratif di mana pendapatan pajak yang besar dari perdagangan lintasbatas dikumpulkan.
Abyei adalah area kaya minyak yang dikelola bersama oleh Sudan Selatan dan Sudan yang sama-sama mengklaim wilayah tersebut.
Menteri informasi di kawasan itu, Bulis Koch, mengatakan, “Dalam serangan yang terjadi pada 2 dan 3 Februari, beberapa pasar dibakar, properti dijarah dan secara keseluruhan 19 warga sipil tewas dan 18 lainnya cedera.”
Selanjutnya ada 18 lainnya yang tewas dalam serangan-serangan terpisah pada hari Minggu, lanjutnya. Di antara yang tewas terdapat tiga anak-anak dan seorang staf lokal yang bekerja untuk organisasi Dokter Tanpa Tapal Batas (MSF).
Bentrokan ini juga menelantarkan ratusan orang, yang berlindung di kompleks pasukan penjaga perdamaian, Pasukan Keamanan Interim PBB untuk Abyei (UNISFA).
Koch mengatakan sejumlah lelaki muda dari negara bagian tetangga Warrap dan dari milisi yang terkait dengan pemberontak dan pemimpin spiritual Gai Machiek telah ambil bagian dalam kekerasan tersebut.
Menteri informasi negara bagian Warrap Willima Wol, MSF Sudan Selatan dan UNISFA tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Pada akhir Januari, sedikitnya 54 orang, termasuk perempuan, anak-anak dan dua anggota pasukan penjaga perdamaian PBB, tewas dalam serangan di wilayah yang sama.
Lebih dari 2.000 orang kini berlindung di kompleks UNISFA karena pertempuran pada bulan Januari dan akhir pekan lalu, kata Koch. [uh/ns]