Sekjen NATO akan ke Gedung Putih

  • Patsy Widakuswara

Presiden Joe Biden, kiri, disambut oleh Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg saat kedatangan untuk KTT NATO di Madrid, Spanyol, 29 Juni 2022. (Foto: AP)

Bertempat di Gedung Putih, Selasa (13/6), Presiden Amerika Joe Biden akan bertemu Sekjen NATO Jens Stoltenberg yang akan segera mengakhiri masa jabatannya, sementara upaya mendapatkan pengganti Stoltenberg semakin intensif. Pertemuan awalnya dijadwalkan pada Senin ,tetapi ditunda setelah Biden menjalani operasi gigi.

Gedung Putih mengatakan bahwa agenda resmi pertemuan adalah membahas pertemuan puncak aliansi pada Juli mendatang di Vilnius, Lithuania. Namun, isu siapa yang akan menjadi sekjen NATO berikutnya pada periode sulit dalam 74 tahun sejarahnya, tidak diragukan lagi akan mengemuka, sementara aliansi tersebut menghadapi perang Rusia yang terus berlangsung di Ukraina.

Stoltenberg, mantan perdana menteri Norwegia, adalah pemimpin NATO terlama dalam satu generasi. Masa jabatannya telah tiga kali diperpanjang sejak menjabat pada 2014. Pada Februari, juru bicaranya mengatakan, dia akan meletakkan jabatan ketika masa jabatannya berakhir pada Oktober.

BACA JUGA: Rusia Bilang ke AS: Jangan Kuliahi Moskow Soal Nuklir

Stoltenberg secara luas dipuji karena mengelola hubungan transatlantik yang sulit antara mantan Presiden Amerika Donald Trump dan sekutu Eropa atas anggaran pertahanan; serta penarikan pasukan NATO dari Afghanistan pada Agustus 2021. Ia juga memimpin tanggapan aliansi terhadap invasi Rusia ke Ukraina. Preferensinya tentang penggantinya sangat berpengaruh dan Biden diperkirakan akan berkonsultasi dengan Stoltenberg.

“Banyak orang akan bertanya kepadanya, 'Menurut Anda, siapa yang terbaik untuk menindaklanjuti kepemimpinan Anda? kata Andrew Hyde, cendekiawan senior di Stimson Center, kepada VOA.

Siapa pun yang menggantikan Stoltenberg akan menghadapi tantangan sulit dalam menjaga keamanan 1 miliar orang di 31 negara. Dan jumlah itu terus bertambah. Dia harus mampu bertindak seimbang dalam mendukung Ukraina secara militer namun juga mencegah konflik agar tidak meluas ke wilayah anggota NATO. Karena, bila terjadi, itu akan memicu Pasal 5 prinsip pertahanan kolektif aliansi dan berpotensi menimbulkan Perang Dunia III. [ka/ab]