Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg memperingatkan negara-negara yang mendukung Ukraina untuk tidak “meremehkan” Rusia. Dia menekankan pentingnya mempersiapkan diri untuk jangka panjang, dan “satu-satunya cara untuk melakukan itu adalah memastikan bahwa Eropa dan Amerika Utara berdiri tegak bersama.”
“Kita tidak boleh meremehkan Rusia, karena memang benar mereka telah mengambil banyak korban. Mereka memiliki moral yang buruk, peralatan yang buruk, pelatihan yang buruk, logistik yang buruk, kepemimpinan yang buruk, tetapi kekurangan kualitas mereka itu mereka tebus secara kuantitas, secara massal,” kata Stoltenberg.
Berbicara di forum German Marshall Fund di Brussel, Stoltenberg mengecam Rusia, dan menuduh negara itu memiliki peralatan, pelatihan, dan moral yang “buruk,” antara lain sementara konflik di Ukraina terus berlanjut.
Mengenai Presiden Rusia Vladimir Putin dan perangnya di Ukraina, Stoltenberg mengatakan, “Presiden Rusia Vladimir Putin membuat setidaknya dua kesalahan besar secara strategis. Salah satunya adalah meremehkan Ukraina, keberanian, tekad, kegigihan rakyat Ukraina, kepemimpinan politik Ukraina, dan angkatan bersenjata Ukraina.”
Stoltenberg memuji senjata dan peralatan yang dikirim ke Ukraina oleh sekutu-sekutunya, dengan menyatakan bahwa semua bantuan itu “membuat perbedaan di medan tempur.”
BACA JUGA: UE Sudah Kirimkan 220.000 Peluru Artileri, 1.300 Rudal bagi UkrainaSementara itu, Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin dalam pertemuan dengan mitranya dari China di Beijing, Rabu, mengatakan tekanan dari Barat memperkuat hubungan Rusia dengan China.
Kunjungan Mishustin dilakukan sementara Rusia semakin beralih ke China untuk mendapatkan dukungan diplomatik dan ekonomi di tengah meningkatnya isolasi atas invasinya ke Ukraina.
Dalam sambutan pembukaan pada pertemuan hari Rabu dengan Perdana Menteri China Li Qiang, Mishustin tidak menyebutkan perang yang telah berusia 15 bulan itu. China telah menolak untuk mengecam invasi Rusia dan justru memusatkan perhatian pada kerja sama ekonomi antara kedua negara tetangga, yang telah bersekutu untuk menantang kepemimpinan Amerika dalam urusan global.
Mishustin juga memuji eratnya hubungan antara Rusia dan China.
“Saat ini, hubungan antara Rusia dan China berada pada tingkat tinggi yang belum pernah terjadi. Hubungan ini bercirikan saling menghormati kepentingan satu sama lain, upaya untuk bersama-sama menanggapi tantangan baru yang ditimbulkan oleh meningkatnya pergolakan di arena internasional dan tekanan sanksi kolektif Barat yang tidak sah,” ujar Mishustin.
China mengatakan pihaknya netral mengenai perang Rusia di Ukraina dan ingin membantu sebagai penengah untuk mengakhiri konflik itu. Tetapi, China juga menyalahkan Barat yang dituduhnya memprovokasi Moskow dan telah mempertahankan hubungan diplomatik dan perdagangan yang kuat dengan Rusia untuk menentang sanksi terhadap Rusia.
Your browser doesn’t support HTML5
Utusan khusus China bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan pejabat pemerintah lainnya selama pembicaraan di Kyiv sebelumnya bulan ini.
Beijing merilis rencana perdamaian pada Februari tetapi sebagian besar sekutu Ukraina menolaknya, dan bersikeras bahwa Putin harus menarik pasukannya.
Rencana perdamaian 10 poin Zelenskyy sendiri mencakup tuntutan untuk mengadili kejahatan perang yang dilakukan oleh Rusia. [lt/ka]