Guterres, mantan perdana menteri Portugal dan mantan Komisioner Tinggi urusan Pengungsi, mengatakan pada PBB dalam pidatonya bahwa pertanyaan mengenai bagaimana menolong jutaan orang yang terjebak dalam konflik dan perang sangat mempengaruhi hatinya.
Ia mengemukakan bahwa kaum sipil menghadapi maut, tewas dan cedera, dan terpaksa mengungsi dari rumah mereka, serta terjerumus dalam kemiskinan. Ia sangat menyayangkan fakta bahwa bahkan rumah sakit dan konvoi bantuan kemanusiaan tidak aman dari kekerasan.
Guterres meminta kepada rekan-rekannya di PBB agar mempunyai satu tekad bersama untuk Tahun Baru ini, agar mendahulukan perdamaian.
"Dari solidaritas dan rasa kasih dalam kehidupan kita sehari-hari hingga dialog dan saling menghormati antara orang-orang yang berseberangan politik," katanya, "dari gencatan senjata di medan tempur, hingga kompromi di meja perundingan untuk mencapai solusi politik, perdamaian harus menjadi sasaran kita dan pedoman kita."
Guterres telah berjanji untuk menjadi "pembangun jembatan," ketika Presiden terpilih Amerika Donald Trump telah menyuarakan keprihatinan bahwa PBB tidak efektif.
Ia telah berjanji untuk berdialog dengan pemerintahan Trump walaupun adaya pergesekan dan berusaha bekerja sama menghadapi tantangan yang sangat besar yang Amerika Serikat maupun PBB akan hadapi dalam tahun-tahun mendatang.
Sekertaris Jenderal Ban yang telah habis masa jabatannya mengatakan kepada rekan-rekannya di PBB dalam pidato terakhirnya hari Jumat bahwa ia sangat bangga telah bekerja bersama mereka dalam 10 tahun ini. Ia meminta kepada mereka agar menetapkan prioritas dan tetap fokus pada masalah-masalah seperti pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim, pemberdayaan perempuan, pemberdayaan kaum muda dan banyak isu lain. [gp]