Oliver Baez menghabiskan dua bulan untuk berlatih adegan drama sekolah di mana karakternya mengonfrontasi seorang siswa lain yang dianggap merundung seorang siswa gay sehingga akhirnya mendorongnya bunuh diri.
Setelah banyak persiapan, adegan kecil Baez berubah menjadi masalah besar di kalangan pejabat sekolah di Wheatland, Wyoming. Mereka tiba-tiba membatalkan pertunjukan tersebut, dengan alasan bahwa pertunjukan tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai sekolah – sehingga membuat para aktor muda tidak dapat tampil di panggung.
Baez sangat marah dan mengatakan,“Jika sekolah membatalkannya, itu seperti mengatakan bahwa LGBTQ tidak boleh ada dalam masyarakat, yang menurut saya sangat mengerikan dan kejam.”
Dua puluh lima tahun setelah pembunuhan Matthew Shepard, seorang mahasiswa gay di Universitas Wyoming. di sebuah kota yang tidak jauh dari Wheatland, pembatalan pertunjukan “The Bullying Collection” menunjukkan masih jauh jalan yang harus ditempuh komunitas LGBTQ+ komunitas untuk mendapatkan penerimaan.
Wyoming, bersama South Carolina, adalah dua negara bagian di AS yang tidak memiliki undang-undang kejahatan bermotif kebencian. Tak mengherankan bila kemudian perpustakaan di negara bagian itu menghadapi tekanan masyarakat untuk menarik buku anak-anak yang memuat cerita LGBTQ+, pertunjukan drag dilarang di beberapa tempat, dan perkumpulan mahasiswi Universitas Wyoming digugat karena menerima seorang perempuan transgender sebagai anggota.
Parlemen Wyoming saat ini bahkan sedang bersiap untuk mempertimbangkan rancangan undang-undang yang akan secara tegas mendefinisikan gender sebagai jenis kelamin biologis seseorang saat lahir, sehingga membatasi kehidupan penduduk trans dan nonbiner (gender netral).
Terletak di dataran Wyoming bagian timur, Wheatland adalah komunitas pertanian dan peternakan kecil dengan sekitar 3.500 penduduk. Hanya ada sedikit restoran, tidak ada pusat perbelanjaan, dan hanya sedikit tempat pertunjukan selain Wheatland High School.
Untungnya grup teater lokal, Platte County Players, mempunyai izin untuk tampil di sana. Kelompok tersebut mendapatkan hak atas drama tersebut dan mensponsorinya sebulan kemudian di sekolah menengah seperti yang direncanakan semula.
Para siswa tersebut tampil minggu lalu di hadapan sekelompok kecil orang yang tidak menghiraukan jalan yang tertutup es dan suhu di bawah nol derajat untuk menyaksikan pertunjukan yang tertunda tersebut.
Bagi pengawas distrik, John Weigel, drama tersebut tampaknya lebih cocok untuk siswa sekolah menengah atas daripada untuk siswa sekolah menengah pertama. Ia mengatakan bahwa ia belum pernah menonton pertunjukan tersebut namun mendengar dari kepala sekolah bahwa pertunjukan tersebut membingungkan beberapa anak dan beberapa guru sekolah menengah mendukung pembatalan tersebut.
Drama tersebut menampilkan delapan sandiwara berdurasi 10 menit tentang penindasan, termasuk politisi dan orang tua yang meremehkan satu sama lain. Laporan ini juga mencakup berbagai topik lain, termasuk risiko bunuh diri bagi remaja LGBTQ+, remaja yang diejek karena membawa tampon di sekolah, dan siswa yang menjelaskan bagaimana rasanya mengalami peristiwa penembakan di sekolah.
Your browser doesn’t support HTML5
Bagi pengelola sekolah, adegan di mana seorang siswa perempuan membacakan eulogi untuk siswa lain yang bunuh diri, dan kemudian dikecam karena tidak mengungkap alasan bunuh dirinya, merupakan suatu masalah. Apalagi, siswa perempuan itu dituding sering merundung siswa yang bunuh diri semasa hidupnya.
Baez sendiri beperan sebagai siswa lain yang berjalan ke atas panggung dari kerumunan penonton untuk mengecam siswa perempuan tersebut.
Setelah membatalkan pertunjukan, Kepala Sekolah Robert Daniel memperburuk keadaan dengan memberikan setiap anggota kelompok drama itu kartu hadiah senilai $5 untuk belanja di toko serba ada Maverik — bersama surat permintaan maaf yang mengatakan bahwa mereka telah melakukan “yang terbaik.”
Kartu hadiah itu sangat membuat kesal para siswa. Seorang siswa merobek surat itu dan mengembalikan kartunya. Lainnya, Erica Biggs, 14, yang berperan sebagai siswa perempuan yang dikecam Baez dalam drama itu, menggambarkan sikap kepala sekolah tersebut sebagai sikap yang merendahkan kerja keras mereka.
Kata Biggs,“Kami semua menganggapnya seolah-olah mereka mencoba menyuap kami agar kami tenang dan tidak marah soal pembatalan pertunjukan tersebut. Tapi itu tidak membantu, karena kami masih sangat marah, karena kami bekerja keras untuk itu.” [ab/uh]