Terapi menggunakan sel-sel punca dari tubuh pasien sendiri adalah bermanfaat karena tidak menyebabkan penolakan imunitas, namun masih perlu dibuktikan.
Para peneliti telah mengisolasi sel-sel punca dari air seni sebagai sumber potensial terbaru untuk menyembuhkan penyakit-penyakit manusia. Para penyelidik mengatakan menggunakan air seni atau urin untuk mengumpulkan dan mengembangbiakkan sel-sel utama adalah cara mudah dan melibatkan pemrosesan minimal.
Dengan menggunakan protein yang diketahui sebagai faktor-faktor pertumbuhan, para peneliti dapat memanipulasi sel-sel punca -- atau sel-sel utama -- untuk menumbuhkan jaringan di tubuh. Terapi menggunakan sel-sel punca dari tubuh pasien sendiri bermanfaat karena tidak menyebabkan penolakan imunitas, seperti yang dapat terjadi dengan jaringan-jaringan dan organ-organ dari donor.
Saat ini, sebagian besar peneliti menggunakan proses rumit untuk merekayasa sel-sel kulit dan darah menjadi jenis-jenis sel tertentu. Hal itu disebabkan karena sedikitnya sumber murni dari sel-sel utama -- selain dari embrio manusia, yang penggunaannya cukup kontroversial.
Para peneliti sekaran menemukan sejumlah kecil sel-sel punca dalam air seni. Anthony Atala, direktur Lembaga Wake Forest untuk Pengobatan Regeneratif di Winston-Salem, North Carolina, mengatakan, “Keuntungan dari air seni adalah kita bisa mendapat sekitar 2 liter urin setiap hari. Jadi kita tidak perlu menusuk tubuh pasien dengan jarum atau melakukan biopsi."
Dalam laporan yang dimuat jurnal Stem Cells, sebuah tim dari Wake Forest menggambarkan bagaimana sampel-sampel air seni dari 17 individu yang sehat, mulai dari usia 5 sampai 75 mengandung sel-sel punca yang dapat diisolasi, kemudian dibentuk menjadi sel-sel jenis otot halus seperti yang ada di dalam saluran kecing dan kandung kemih.
Berikutnya, mereka menempatkan sel-sel tersebut ke dalam struktur-struktur pendukung yang aktif secara biologis yang disebut perancah (scaffolds), dibuat dari usus babi, kemudian menanamkan jaringan yang direkayasa tersebut pada tikus.
Setelah satu bulan, sel-sel punca yang diambil dari air seni itu menumbuhkan tanda-tanda biologis dari jaringan konektif dan saluran darah, yang menunjukkan adanya potensi untuk menjadi tulang, otot, syaraf atau sel-sel lemak.
Meski air seni berlimpah dan merupakan sumber yang kurang invasif dalam mengambil sel punca, beberapa ahli ragu nilai dari sumber ini. Chris Mason, seorang peneliti dari pengobatan regeneratif dari University College London, mengatakan ada sangat sedikit sel-sel punca yang dapat digunakan dari air buangan tersebut.
Ia mengatakan bahwa penelitian yang tidak biasa ini memerlukan eksplorasi ilmiah yang lebih jauh.
"Ini sepertinya wilayah yang masih menggunakan data yang sangat, sangat awal dari kelompok-kelompok yang sedikit. Saya kira sebelum kita yakin ada sel-sel punca yang dapat digunakan dari air seni, kita perlu mereproduksinya di sejumlah laboratorium yang berbeda. Ada banyak pertanyaan dan kemungkinan dibandikan dengan kepastian," ujar Mason.
Sementara itu di China, para ilmuwan di sana dilaporkan telah berhasil menumbuhkan gigi kecil dari sel-sel punca air seni.
Dengan menggunakan protein yang diketahui sebagai faktor-faktor pertumbuhan, para peneliti dapat memanipulasi sel-sel punca -- atau sel-sel utama -- untuk menumbuhkan jaringan di tubuh. Terapi menggunakan sel-sel punca dari tubuh pasien sendiri bermanfaat karena tidak menyebabkan penolakan imunitas, seperti yang dapat terjadi dengan jaringan-jaringan dan organ-organ dari donor.
Saat ini, sebagian besar peneliti menggunakan proses rumit untuk merekayasa sel-sel kulit dan darah menjadi jenis-jenis sel tertentu. Hal itu disebabkan karena sedikitnya sumber murni dari sel-sel utama -- selain dari embrio manusia, yang penggunaannya cukup kontroversial.
Para peneliti sekaran menemukan sejumlah kecil sel-sel punca dalam air seni. Anthony Atala, direktur Lembaga Wake Forest untuk Pengobatan Regeneratif di Winston-Salem, North Carolina, mengatakan, “Keuntungan dari air seni adalah kita bisa mendapat sekitar 2 liter urin setiap hari. Jadi kita tidak perlu menusuk tubuh pasien dengan jarum atau melakukan biopsi."
Dalam laporan yang dimuat jurnal Stem Cells, sebuah tim dari Wake Forest menggambarkan bagaimana sampel-sampel air seni dari 17 individu yang sehat, mulai dari usia 5 sampai 75 mengandung sel-sel punca yang dapat diisolasi, kemudian dibentuk menjadi sel-sel jenis otot halus seperti yang ada di dalam saluran kecing dan kandung kemih.
Berikutnya, mereka menempatkan sel-sel tersebut ke dalam struktur-struktur pendukung yang aktif secara biologis yang disebut perancah (scaffolds), dibuat dari usus babi, kemudian menanamkan jaringan yang direkayasa tersebut pada tikus.
Setelah satu bulan, sel-sel punca yang diambil dari air seni itu menumbuhkan tanda-tanda biologis dari jaringan konektif dan saluran darah, yang menunjukkan adanya potensi untuk menjadi tulang, otot, syaraf atau sel-sel lemak.
Meski air seni berlimpah dan merupakan sumber yang kurang invasif dalam mengambil sel punca, beberapa ahli ragu nilai dari sumber ini. Chris Mason, seorang peneliti dari pengobatan regeneratif dari University College London, mengatakan ada sangat sedikit sel-sel punca yang dapat digunakan dari air buangan tersebut.
Ia mengatakan bahwa penelitian yang tidak biasa ini memerlukan eksplorasi ilmiah yang lebih jauh.
"Ini sepertinya wilayah yang masih menggunakan data yang sangat, sangat awal dari kelompok-kelompok yang sedikit. Saya kira sebelum kita yakin ada sel-sel punca yang dapat digunakan dari air seni, kita perlu mereproduksinya di sejumlah laboratorium yang berbeda. Ada banyak pertanyaan dan kemungkinan dibandikan dengan kepastian," ujar Mason.
Sementara itu di China, para ilmuwan di sana dilaporkan telah berhasil menumbuhkan gigi kecil dari sel-sel punca air seni.