Selama 55 Tahun, Kakek Jepang Ini Setia Menyaksikan Olimpiade

Naotoshi Yamada berpose di kantornya di Tokyo, Jepang, 3 Oktober 2018. (Foto: Toru Hanai)

Bagi kebanyakan orang, menonton olimpiade adalah kesempatan sekali seumur hidup. Tapi untuk Naotoshi Yamada, 92 tahun, menonton pesta olahraga terakbar sejagat itu telah menjadi ritual empat tahunan selama lima setengah dekade terakhir.

Yamada, yang dikenal sebagai “Olimpic Ojisan” atau “Kakek Olimpiade”, pertama kali menonton Pesta Olahraga Musim Panas ketika Tokyo terakhir kali menjadi tuan rumah pada 1964. Sejak saat itu, Yamada tidak pernah melewatkan semenit pun dari setiap gelaran Olimpiade.

“Meksiko, Munich, Montreal, Los Angeles, Moscow. Bahkan ketika Jepang tidak berpartisipasi dalam Olimpiade Moskow, saya tetap pergi untuk menyaksikan olimpiade itu,” kata Yamada kepada Reuters di Tokyo.

BACA JUGA: Olimpiade Tokyo 2020 Akan Larang Rokok

“Moscow, Seoul, Barselona, Sidney, Athena, Beijing, London. Saya pergi ke semua olimpiade itu dari pembukaan hingga upacara penutupan.. Tidak ada orang seperti saya. Saya adalah satu-satunya di dunia.”

Dalam balutan topi emas, jaket merah dan senyum berseri-serinya, Yamada telah menjadi salah satu tokoh paling familiar dan penuh warna pada setiap gelaran Olimpiade itu. Kehadirannya sering diikuti oleh kamera televisi dan sorakan dari para penggemar lainnya.

Kini, ia punya satu keinginan terakhir – untuk hidup lebih lama agar dapat menyaksikan olimpiade yang akan kembali diselenggarakan di Jepang tahun depan.

“Ini akan menjadi puncak dari tahunan saya selama menonton olimpiade,” kata Yamada.

Yamada adalah pemuda berusia 38 tahun ketika ia menghadiri olimpiade pertamanya. Dia menyaksikan Olimpiade tidak hanya untuk menikmati pertandingan olahraga, tapi juga ingin turut mengalami dunia yang terinspirasi oleh pidato yang disampaikan Kaisar Hirohito di universitasnya dulu.

“Kaisar berkata dia ingin generasi muda membangun kembali negara ini,” kata Yamada.

“Saya merasa ingin melakukan sesuatu untuk negara saya. Saya pikir itu adalah salah satu alasan mengapa saya mulai menyaksikan Olimpiade.”

Naotoshi Yamada berpose di kantornya di Tokyo, Jepang, 3 Oktober 2018.(Foto: Reuters)

Pertandingan pertama Yamada di luar Jepang adalah di Mexico City pada 1968. Saat itu dia memadankan kimono klasik Haori Hakama dengan topi khas Meksiko, Sombrero.

Yamada mengatakan sulit baginya untuk memilih salah satu dari 14 Olimpiade sebagai favoritnya.

“Jika anda memiliki.. krayon dengan warga yang berbeda dan seseorang bertanya warna mana yang paling Anda sukai? Hitam? Merah? Biru? Hijau?.. setiap warna memiliki karakternya sendiri,” kata Yamada dengan senyum lebar.

BACA JUGA: Jepang Pertimbangkan Majukan Jam Selama Olimpiade

“Jadi saya tidak bisa memilih mana yang menjadi favorit saya. Masing-masing Olimpiade itu sangat menarik.”

Yamada menyukai suasana internasional dari Olimpiade dan memiliki banyak koleksi suvenir yang telah ia kumpulkan selama bertahun-tahun, beberapa diantaranya diperoleh melalui pertukaran dengan penggemar lain.

Koleksi bendera, perangko, foto dan benda-benda lainnya dipajang di sebuah galeri di kota kelahirannya, Nanto, yang berada di prefektur Toyama.

“Olimpiade adalah festival internasional bagi semua umat manusia,” kata Yamada.

“Para atlet dan turis dari 200 negara lebih akan berkumpul di satu tempat.”

“Untuk Olimpiade Tokyo 2020, banyak sekali orang yang ingin datang ke Jepang. Saya pikir 2020 akan menjadi Olimpiade yang luar biasa.” [er/ft]