Kalimat itu datang setelah salah satu sistem komunikasi data pesawat, yang seharusnya memungkinkan pelacakan lebih jauh dari cakupan radar, telah secara sengaja dimatikan.
Kata-kata terakhir yang muncul dari kokpit pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 - "all right, good night" ("semua beres, selamat malam) - diutarakan setelah seseorang di pesawat telah mulai mematikan salah satu sistem pelacak otomatis pesawat tersebut, ujar seorang pejabat Malaysia.
Baik waktu maupun kalimat tidak formal, diucapkan pada pengawas lalu lintas udara saat pesawat berisi 239 orang itu meninggalkan wilayah udara Malaysia pada 8 Maret menuju Beijing, dapat mempertajam kecurigaan dari pembajakan atau sabotase pesawat.
Kalimat itu datang setelah salah satu sistem komunikasi data pesawat, yang seharusnya memungkinkan pelacakan lebih jauh dari cakupan radar, telah secara sengaja dimatikan, menurut penjabat Menteri Perhubungan Hishammuddin Hussein, Minggu (16/3).
"Jawaban dari pertanyaan Anda adalah ya, sistem itu dimatikan sebelumnya," ujarnya pada wartawan ketika ditanya apakah sistem ACARS -- sebuah komputer pemeliharaan yang mengirimkan data mengenai status pesawat -- telah dideaktivasi sebelum kalimat perpisahan tersebut.
Kalimat pilot yang informal tersebut menyalahi standar prosedur radio, yang meminta pilot untuk membaca kembali instruksi-instruksi untuk menghubungi pusat kontrol berikutnya dan memasukkan tanda panggilan pesawat, ujar Hugh Dibley, mantan pilot British Airways dan anggota Masyarakat Penerbangan Kerajaan Inggris.
Para penyelidik sepertinya akan memeriksa rekaman untuk melihat apakah ada tanda-tanda tekanan psikologis dan untuk menentukan identitasnya untuk mengukuhkan apakah dek pesawat telah diambil alih oleh pembajak atau pilot tersebut terlibat, ujarnya.
Para penyelidik Malaysia sedang mempelajari latar belakang para pilot, awak dan staf darat yang bekerja untuk Boeing 777-200ER yang hilang itu, untuk mencari petunjuk mengapa seseorang di pesawat menerbangkan pesawat itu mungkin beribu kilometer di luar jalur.
Pemeriksaan latar belakang para penumpang belum memberikan kejelasan, namun tidak setiap negara yang warganya ada di pesawat menanggapi permintaan atas informasi, ujar kepala polisi Khalid Abu Bakar. (Reuters)
Baik waktu maupun kalimat tidak formal, diucapkan pada pengawas lalu lintas udara saat pesawat berisi 239 orang itu meninggalkan wilayah udara Malaysia pada 8 Maret menuju Beijing, dapat mempertajam kecurigaan dari pembajakan atau sabotase pesawat.
Kalimat itu datang setelah salah satu sistem komunikasi data pesawat, yang seharusnya memungkinkan pelacakan lebih jauh dari cakupan radar, telah secara sengaja dimatikan, menurut penjabat Menteri Perhubungan Hishammuddin Hussein, Minggu (16/3).
"Jawaban dari pertanyaan Anda adalah ya, sistem itu dimatikan sebelumnya," ujarnya pada wartawan ketika ditanya apakah sistem ACARS -- sebuah komputer pemeliharaan yang mengirimkan data mengenai status pesawat -- telah dideaktivasi sebelum kalimat perpisahan tersebut.
Kalimat pilot yang informal tersebut menyalahi standar prosedur radio, yang meminta pilot untuk membaca kembali instruksi-instruksi untuk menghubungi pusat kontrol berikutnya dan memasukkan tanda panggilan pesawat, ujar Hugh Dibley, mantan pilot British Airways dan anggota Masyarakat Penerbangan Kerajaan Inggris.
Para penyelidik sepertinya akan memeriksa rekaman untuk melihat apakah ada tanda-tanda tekanan psikologis dan untuk menentukan identitasnya untuk mengukuhkan apakah dek pesawat telah diambil alih oleh pembajak atau pilot tersebut terlibat, ujarnya.
Para penyelidik Malaysia sedang mempelajari latar belakang para pilot, awak dan staf darat yang bekerja untuk Boeing 777-200ER yang hilang itu, untuk mencari petunjuk mengapa seseorang di pesawat menerbangkan pesawat itu mungkin beribu kilometer di luar jalur.
Pemeriksaan latar belakang para penumpang belum memberikan kejelasan, namun tidak setiap negara yang warganya ada di pesawat menanggapi permintaan atas informasi, ujar kepala polisi Khalid Abu Bakar. (Reuters)