Pemerintah Selandia Baru berencana untuk meminjam dan membelanjakan dana besar-besaran dalam usaha mempertahankan tingkat pengangguran di bawah 10 persen pada saat menghadapi wabah virus corona.
Menteri Keuangan Selandia Baru Grant Robertson, Kamis (14/5), mengumumkan rencana anggaran pemerintah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Berdasarkan anggaran baru, utang pemerintah akan meningkat dari sedikit di atas 20 persen menjadi 54 persen pada 2023, sementara ribuan pekerjaan baru akan diciptakan, khususnya untuk pembangunan rumah dan perbaikan kualitas lingkungan.
Meski demikian, sejumlah pakar berpendapat, peningkatan besar-besaran belanja pemerintah tidak bisa mengimbangi kerugian ekonomi yang ditimbulkan wabah itu. Tingkat pengangguran diperkirakan akan meningkat dari sedikit di atas empat persen menjadi hampir 10 persen pada Juni.
Robertson mengakui, pariwisata, yang menyumbang sekitar 10 persen pada ekonomi negara, tidak akan pulih seperti sedia kala dalam beberapa tahun ke depan. “Kita menghadapi krisis ekonomi dan kesehatan global yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak era Depresi Besar,” katanya.
Berdasarkan rencana anggaran baru, pemerintah akan membelanjakan 30 miliar dolar selama 40 tahun ke depan.
BACA JUGA: Tidak Ada Kasus Baru di Selandia Baru dalam 2 Hari Berturut-turutRencana anggaran itu diungkapkan pada hari yang sama negara itu mencabut sebagian besar pembatasan-pembatasan lockdown. Mal-mal, toko-toko eceran dan restoran-restoran buka dan banyak orang kini diizinkan kembali bekerja di kantor.
Selandia Baru dinilai banyak negara telah berhasil mengatasi wabah virus corona. Pihak berwenang kesehatan negara itu, Kamis (14/5), mengumumkan, tidak adanya kasus penularan baru untuk hari ketiga berturutan. Selandia Baru melaporkan sekitar 1500 kasus infeksi yang telah dikukuhkan, dan 21 kematian. [ab/uh]