Semakin Banyak Uji Coba Vaksin Covid-19 Tunjukkan Hasil 'Menjanjikan'

Uji coba vaksin Covid-19 oleh Universitas Oxford, Inggris, 25 Juni 2020. (Foto: dok).

Telah lebih dari 14,7 juta kasus virus corona terkonfirmasi dan lebih dari 610 ribu kematian akibat virus itu tercatat di dunia. Sementara itu para peneliti melaporkan adanya kemajuan dalam upaya mengembangkan vaksin yang aman dan efektif untuk melawan penyakit itu.

Dua vaksin eksperimental yang berbeda telah menghasilkan kekebalan yang kuat dalam uji coba tahap akhir pada manusia, sebut dua penelitian yang diterbitkan jurnal medis Inggris "The Lancet", Senin (20/7). Kedua vaksin eksperimental itu masing-masing adalah satu yang dikembangkan dalam upaya bersama Oxford University, Inggris, dan perusahaan farmasi Inggris-Swedia, AstraZeneca, dan satu lagi dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi China CanSino Biologics.

Sementara itu produsen obat AS, Pfizer dan mitranya dari Jerman, BioNTech, Senin (21/7) juga melaporkan kemajuan positif pada calon vaksin mereka.

Seorang sukarelawan menerima suntikan vaksin Covid-19 produksi University of Queensland, di Brisbane, Australia, 13 Juli 2020. (Foto: dok).


Vaksin yang dikembangkan Oxford-AstraZeneca ini menerima perhatian yang paling banyak. Perusahaan farmasi tersebut telah menandatangani kesepakatan dengan pemerintah banyak negara untuk memasok vaksinnya apabila vaksin itu terbukti efektif dan mendapat persetujuan pihak berwenang. Perusahaan ini juga telah berkomitmen untuk membuat 2 miliar dosis vaksin.

Menurut The New York Times, vaksin-vaksin itu telah diberikan kepada lebih dari 10 ribu sukarelawan di Inggris, Brazil dan Afrika Selatan, dengan 30 ribu partisipan di AS siap menerima vaksin eksperimental itu pekan depan.

Kabar hari Senin (20/7) itu muncul sepekan setelah perusahaan bioteknologi Moderna yang berbasis di AS mengumumkan bahwa vaksin yang dikembangkan para peneliti di Lembaga Nasional Alergi dan Penyakit Menular juga telah menghasilkan respons imunitas yang kuat dalam uji coba tahap akhir pada manusia, meskipun disertai efek samping ringan atau sedang seperti kelelahan, sakit kepala, menggigil dan nyeri otot.

Kantor pusat Moderna Inc, pengembang vaksin untuk melawan virus corona, di Cambridge, Massachusetts, 18 Mei 2020.


Tetapi Dr. Peter Hotez, dekan di Baylor College of Medicine, Senin (20/7) mengatakan kepada CNN bahwa vaksin-vaksin awal mungkin bukanlah vaksin terbaik. Ia mengatakan mungkin perlu waktu satu tahun untuk “mengakumulasi semua data yang menunjukkan vaksin yang benar-benar ampuh dan aman.”

Sementara itu, dalam pertemuan hari Senin (20/7) di Oval Office dengan legislator dari partai Republik yang membahas paket bantuan keuangan baru, Presiden Donald Trump mengumumkan bahwa ia akan memulai kembali konferensi pers harian oleh gugus tugas virus coronanya mulai hari Selasa (21/7). Presiden memimpin pengarahan itu selama beberapa pekan pada awal pandemi, tetapi mengakhirinya pada April lalu setelah ia dikritik luas karena melontarkan pernyataan bahwa dokter dapat menyuntikkan bahan pemutih (bleach) ke pasien Covid-19 untuk mengatasi penyakit itu.

Trump juga memanfaatkan konferensi pers itu untuk menggembar-gemborkan penggunaan hidroksiklorokuin sebagai obat, meskipun para pakar medis memperingatkan bahwa obat antimalaria itu tidak efektif dan kemungkinan memiliki efek samping yang mematikan.

Kembali dilangsungkannya keterangan pers harian itu diumumkan sementara AS telah mencatat lebih dari 3,8 juta kasus Covid-19 terkonfirmasi dan hampir 141 ribu kematian akibat virus corona, sebut Pusat Riset Virus Corona Johns Hopkins University.

Setelah berpekan-pekan meremehkan perlunya warga Amerika mengenakan masker sebagai cara efektif mencegah penyebaran virus, Trump juga mencuit foto dirinya mengenakan masker. Ia menulis bahwa “banyak orang mengatakan bahwa mengenakan masker sewaktu tidak bisa melakukan social distancing adalah patriotik. Tidak ada orang yang lebih Patriotik daripada saya, Presiden favorit kalian!” [uh/ab]