Senator-senator AS mencecar para pejabat eksekutif utama (CEO) perusahaan media sosial dan perpesanan pada Rabu (31/1) dalam sidang dengar pendapat yang berfokus pada perbaikan upaya untuk melindungi anak-anak dari eksploitasi seksual di platform-platform mereka.
Suasana langsung intens sejak persidangan dimulai. Senator Lindsey Graham dari Partai Republik mengatakan kepada CEO Meta Mark Zuckerberg, “Saya tahu Anda tidak bermaksud melakukan ini, tapi tangan Anda dan perusahaan-perusahaan yang hadir di hadapan kami telah berlumuran darah. Produk Anda membunuh orang-orang.”
Your browser doesn’t support HTML5
Sidang dengar pendapat tersebut adalah upaya terbaru kongres untuk mengatasi keprihatinan orang tua dan pakar kesehatan jiwa bahwa perusahaan media sosial lebih mengutamakan keuntungan dibanding keamanan anak-anak di platform mereka.
Senator Dick Durbin dari Partai Demokrat mengutip statistik salah satu lembaga nirlaba yang menunjukkan bahwa tindak “sekstorsi” keuangan, di mana predator mengelabui anak-anak di bawah umur untuk mengirimkan foto dan video intim mereka, meroket tahun lalu.
Zuckerberg bersaksi di Senat bersama CEO X Linda Yaccarino, CEO Snap Evan Spiegel, CEO TikTok Shou Zi Chew dan CEO Discord Jason Citron. Mereka membela diri, menyatakan bahwa platform mereka telah melakukan berbagai upaya untuk melindungi para pengguna.
CEO TikTok Chew mengatakan, “Kami memilih desain produk dengan hati-hati untuk membuat aplikasi kami tidak ramah bagi pihak-pihak yang ingin membahayakan remaja.”
Sedangkan CEO X Yaccarino menuturkan, “X tidak menoleransi materi apa pun yang menampilkan atau mempromosikan eksploitasi seksual anak.”
Akan tetapi, ketika didesak oleh salah seorang senator mengenai rancangan undang-undang yang akan mewajibkan seluruh platform untuk mengungkap metode pengumpulan data dan algoritma mereka, para CEO merasa keberatan.
Senator Chris Coons dari Partai Demokrat mengatakan, “Adakah di antara kalian yang bersedia mengatakan sekarang bahwa Anda mendukung RUU ini? Bapak Ketua, mari kita ingat momen ini, yang mencerminkan kebungkaman para pemimpin platform media sosial ini.”
Senator Partai Demokrat maupun Republik sama-sama berusaha mencabut perlindungan yang dimiliki platform media sosial, yang membuat mereka kebal secara hukum dari sebagian besar jenis konten yang muncul di situs mereka, seperti diatur dalam Pasal 230 UU Kepatutan Komunikasi AS.
Para pegiat reformasi mengatakan, pencabutan kekebalan hukum akan memaksa perusahaan-perusahaan tersebut menindak keras konten berbahaya.
Senator Sheldon Whitehouse dari Partai Demokrat mengatakan,“Platform-platform Anda sungguh payah dalam menjaga ketertiban diri sendiri.”
Beberapa senator juga memanfaatkan kesempatan itu untuk mencecar para CEO, terutama Zuckerberg, yang dirundung berbagai tuduhan. Salah seorang dari mereka adalah Senator Josh Hawley dari Partai Republik.
Hawley mencecar Zuckerberg terkait kompensasi yang sepatutnya ia berikan kepada para korban. Pada satu titik, Senator itu mendorong bos Facebook tersebut untuk berdiri dan meminta maaf kepada keluarga para korban yang dirugikan oleh platform media sosialnya, yang hadir dalam persidangan.
Zuckerberg menuturkan, “Saya meminta maaf atas semua yang telah Anda alami. Tidak seorang pun perlu mengalami penderitaan yang keluarga Anda alami dan inilah sebabnya kami menanamkan begitu banyak investasi dan akan terus melakukan upaya pada skala industri untuk menjamin tidak ada lagi yang harus mengalami penderitaan yang keluarga Anda alami.”
Situs-situs media sosial telah lama dikecam akibat moderasi kontennya. X, platform yang sebelumnya bernama Twitter, telah melonggarkan moderasinya sejak Elon Musk mengambil alih perusahaan itu. Pekan ini, X memblokir pencarian kata kunci bintang pop Taylor Swift di platformnya setelah foto-foto intim palsu Taylor menyebar luas di platform tersebut.
Pegiat kebebasan berpendapat memperingatkan, pencabutan perlindungan bagi platform-platform tersebut dapat mengakibatkan pembatasan berpendapat di dunia maya. [rd/ka]