Seorang pria menggunakan seni untuk mengubah citra Pakistan yang kerap dikritik akibat kurangnya kebebasan beragama dan toleransi. Dalam prosesnya, pria tersebut juga memberdayakan kehidupan anak-anak yang kurang beruntung.
“Ini gang tempat saya dulu bekerja. Di sinilah saya membuat lukisan Morgan Freeman yang viral di internet. Saat itulah saya menerima telepon," ujar seorang siswa seni, Jawad Baloch.
Panggilan telepon itu mengubah hidup Jawad Baloch, seorang pemuda Pakistan yang jago melukis. Orang yang menghubunginya adalah seorang seniman ternama, Shahid Rassam.
Seniman itu tidak hanya menawarinya pendidikan di sekolah seninya, tapi juga pekerjaan magang berbayar untuk membantu perekonomian keluarganya.
Rassam, Kepala Sekolah Arts Council Institute of Arts and Crafts atau Institut Dewan Kesenian dan Keterampilan di Karachi, Pakistan, memiliki misi untuk menyediakan pendidikan seni kepada anak-anak muda berbakat yang tidak mampu.
“Sembilan puluh Sembilan persen mahasiswa seni di sini merupakan penerima beasiswa, karena sebagian besar bahkan tidak mampu membeli sebatang pensil. Tidak hanya menyokong biaya kuliah, kami juga menyediakan bahan dan perlengkapan seni gratis bagi mereka, seperti komputer berkualitas tinggi untuk (jurusan) desain grafis," kata Shahid Rassam.
Rassam menghidupkan kembali sekolah seni yang dibangun 51 tahun lalu itu setelah ia ambil alih pada tahun 2017. Dengan bantuan dana dari pihak swasta dan perusahaan, jumlah mahasiswa di sekolah itu pun melonjak dari 27 menjadi 200 orang.
Bagi Rassam, pendidikan seni bagi semua lapisan masyarakat bukan hanya soal membantu anak-anak kurang mampu. Namun juga mengubah perilaku dan mengkampanyekan toleransi di negaranya yang kerap menerima kritikan karena rendahnya tingkat kebebasan beragama dan hak asasi manusia.
BACA JUGA: Terowongan Silaturahmi Masjid Istiqlal dan Gereja Kathedral, Simbol HarmoniSelama bertahun-tahun, aksi kekerasan sektarian telah menewaskan ratusan orang di Pakistan.
Berbagai tuduhan penistaan agama Islam juga telah menyebabkan banyak pembunuhan, terkadang dalam bentuk pengeroyokan.
Kelompok agama minoritas seringkali mengeluhkan berbagai gangguan yang mereka terima.
Melalui upayanya, Rassam mencoba membalikkan keadaan. Ia percaya seni dapat membuka pikiran manusia sehingga mampu menerima perbedaan.
Harapannya bukan saja melahirkan seniman-seniman berkualitas, tetapi juga mulai memerangi apa yang mereka sebut sebagai pola pikir ekstremis yang sudah mendarah daging selama puluhan tahun di tengah masyarakat. [rd]