Sementara orang-orang di seluruh dunia bekerjasama memerangi pandemi COVID-19, namun disayangkan sejumlah perpecahan berdasarkan ras dan etnis juga bermunculan.
Di China ketika pandemi COVID-19 merebak di seluruh dunia, persepsi keliru yang terpengaruh oleh 'stigma dan diskriminasi' muncul seolah-olah virus itu disebarkan oleh orang-orang Afrika. Sementara itu banyak pemimpin tingkat tinggi AS termasuk Presiden Trump dan Menlu Mike Pompeo menggunakan istilah menyesatkan seperti "virus China" untuk mengalihkan perhatian atas ketidakmampuan mereka sendiri atau tidak acuh dalam menangani pandemi global tersebut.
BACA JUGA: Trump Kembali Kecam Pemimpin WHO yang Serukan Persatuan GlobalHelen Gym, Dewan Kota Philadelphia menyebutkan para pemimpin AS itu seharusnya lebih melindungi seluruh warganya, “Suatu hal memalukan jika Presiden menyebut hal itu ‘virus China’ atau “kung-flu” atau ucapan tak masuk akal lainnya. Mereka lakukan itu karena tidak ingin membicarakan apa yang seharusnya mereka lakukan dengan lebih baik lagi, yaitu menjaga kita semua, warganya.”
Anggota Kongres Judy Chu dari California menegaskan xenophobia kerap terjadi jika bersikeras tetap menyebut ‘virus China’, meskipun faktanya semua pimpinan kesehatan AS memperingatkan stigma dalam masyarakat.
Elizabeth OuYang, pembela hak-hak sipil warga Amerika keturunan Asia sekaligus profesor pada Columbia University itu menjelaskan sebutan ‘virus China’ dapat menyebabkan kejahatan berdasarkan rasa benci terhadap ras tertentu.
Tindak Kekerasan dan Dampak Terhadap Bisnis
Sebagaimana di tingkat lokal, Helen Gym menyampaikan di Philadelphia sejumlah insiden dilaporkan sebagai pelanggaran atas hak-hak sipil termasuk pelecehan anti-Asia.
Dalam suatu pembahasan secara virtual bersama komunitas Asia-Amerika, Kongres Chu menyebutkan sejumlah insiden anti-Asia di tengah pandemi virus corona termasuk beberapa pria dan perempuan Asia-Amerika ditendang dan ditinju sekelompok pemuda di spur kereta bawah tanah di Texas, remaja laki-laki, usia16 tahun dirawat di rumah sakit karena beberapa penyerang yang mengolok-olok bahwa dirinya mengembangkan virus tersebut di Los Angeles.
“Menurut tiga situs pelaporan kejahatan rasial Asia, lebih dari 1000 insiden kejahatan rasial dalam lima minggu terakhir. Itu hanya kasus yang dilaporkan saja,” kata Judy Chu.
Anggota Kongres asal California yang menjabat Ketua Kaukus Asia Pasifik Amerika (CAPAC), Judy Chu mengemukakan insiden dimulai pada Januari 2020 dengan sejumlah penghinaan, beberapa tatapan tajam dan disinformasi mengenai restoran dan bisnis Asia-Amerika yang harus dihindari.
Sikap dan persepsi tersebut mengarah kepada stigmatisasi dan sejumlah hambatan baik secara ekonomi maupun sosial, demikian Profesor OuYang menjelaskan. "Orang-orang takut untuk berbisnis, makan di restoran, sejumlah tempat usaha yang umumnya dijalankan oleh keturunan Asia-Amerika karena dikira orang dari China dan mereka mungkin terkena virus."
Aksi Nyata dan Bersatu-padu
Helen Gym, generasi kedua keturunan Korea-Amerika, memaparkan rasisme anti-Asia di AS sangat parah, tidak dapat ditolerir dan harus dihentikan. Gym mendesak seluruh warga Amerika, tidak hanya keturunan Asia-Amerika, untuk menggunakan kekuatan politik guna menuntut pemerintahan agar melakukan hal-hal yang benar.
Sementara itu Prof. OuYang mengemukakan lebih jauh, “Inilah saatnya kita harus bersatu dan bekerja bersama semua ras untuk melawan penyakit rasisme ini, daripada menarget satu ras yang menjadi korban.Hal merusak itu menimbulkan perpecahan juga meningkatnya ketegangan sosial di saat perselisihan antar kelompok sudah sangat tinggi.”
BACA JUGA: Pakar: Keadaan Tidak akan Kembali Seperti Sebelum Wabah CoronaAnggota kongres Chu mengamati seberapa cepat komunitas Asia-Amerika bersatu untuk melawan retorika yang berbahaya tersebut.
“Tidak hanya kita punya pemimpin yang menjabat dan tokoh masyarakat yang angkat bicara, demikian juga sejumlah selebriti, jurnalis, pemimpin bisnis, dan individu-individu warga Amerika bersatu menentang xenophobia itu,” tukasnya.
Stigmatisasi dan Diskriminasi terhadap orang Afrika di China
Sementara itu sejumlah duta besar Afrika di China melayangkan surat keberatan kepada menteri luar negeri China atas ‘stigmatisasi dan diskriminasi’ yang memberi persepsi yang salah bahwa orang Afrika bertanggung jawab atas kembali merebaknya virus corona.
Menurut laporan baru-baru ini, sejumlah warga Afrika di Guangzhou diusir oleh pemilik apartemen, berulang kali dites virus corona tanpa diberitahu hasilnya juga dijauhi dan didiskriminasi di depan umum. [mg/jm]