Seorang pria yang mengaku-aku sebagai Nabi Ishmael didakwa di pengadilan Zimbabwe pada Kamis (14/3), setelah polisi menggerebek kompleks tempat ia memimpin sebuah sekte agama dan menemukan lebih dari 250 anak yang dilarang bersekolah dan dijadikan buruh berupah rendah.
Polisi juga menemukan 16 kuburan tidak terdaftar, termasuk tujuh kuburan bayi, di perkebunan yang berjarak sekitar 34 kilometer si sebelah barat laut Ibu Kota Harare.
Ishmael Chokurongerwa dan tujuh ajudannya didakwa mengeksploitasi anak-anak dan memutus akses pendidikan dan layanan kesehatan mereka. Juru bicara kepolisian, Paul Nyathi, mengatakan bahwa penyelidikan masih berlangsung dan pihak berwenang mungkin akan mengajukan lebih banyak dakwaan.
Para pemimpin sekte itu juga dituduh melanggar undang-undang yang mewajibkan pencatatan kematian dan penguburan. Media pemerintah melaporkan bahwa terdapat sekitar 1.000 orang yang tinggal di perkebunan itu sebelum penggerebekan terjadi.
Chokurongerwa, yang berusia 56 tahun, dan para ajudannya akan tetap ditahan setelah seorang hakim mengatakan di persidangan mereka bahwa ia akan memutuskan permohonan jaminan terhadap mereka pada minggu depan. Tak satu pun dari mereka memiliki perwakilan hukum dalam persidangan dan tidak jelas di mana mereka ditahan.
Kedelapan orang itu memohon kepada hakim untuk dibebaskan dengan jaminan, dengan alasan bahwa mereka bukan orang yang suka melakukan kekerasan dan mereka harus merawat anak-anak yang akan menderita jika mereka dijebloskan ke penjara.
BACA JUGA: Tersangka Penikaman yang Tewaskan 3 Biarawan Gereja Ortodoks Koptik Mesir DitangkapBeberapa pengikut Chokurongerwa hadir di persidangan di dekat Kota Norton untuk memberi dukungan.
“Agama ini adalah agama Tuhan yang agung dan tidak seorang pun akan menghentikannya,” kata salah seorang anggota gereja, Tabeth Mupfana. Tabeth adalah perempuan berusia 34 tahun yang mengaku dilahirkan dalam sekte tersebut, ketika sekte itu berada di lokasi lain, dan mengaku tidak pernah mengalami penyiksaan. “Kami tidak takut dan kami tidak dapat dihentikan.”
Polisi bersenjata dengan gas air mata dan anjing tiba di perkebunan itu pada Selasa (12/3) dengan mengendarai truk-truk.
Polisi kembali ke perkebunan itu pada hari Rabu (13/3) bersama pekerja dinas sosial untuk membawa anak-anak dan perempuan, yang banyak di antaranya membawa bayi, dengan bus ke tempat penampungan.
Sekte itu diyakini sebagai salah satu dari banyak kelompok Kristen Apostolik di Zimbabwe, yang pengikutnya mudah dikenali karena mengenakan jubah putih panjang, di mana para perempuannya juga mengenakan kerudung putih.
Kelompok Apostolik memadukan kepercayaan tradisional dengan doktrin Pentakosta. Ada di antara mereka yang bersikap tertutup dan menghindari pengobatan modern, melarang anak-anak bersekolah dan melakukan poligami. [rd/rs]