Seorang tentara Rusia berusia 21 tahun hari Rabu (18/5) mengaku bersalah membunuh seorang warga sipil yang tidak bersenjata dalam kasus kejahatan perang pertama yang diajukan Kyiv ke pengadilan sejak berlangsung invasi Rusia tiga bulan lalu.
Sersan Vadim Shishimarin dapat terancam hukuman seumur hidup karena menembak seorang warga Ukraina berusia 62 tahun di kepalanya dari sebuah mobil, empat hari setelah Rusia meluncurkan invasi pada akhir Februari.
Jaksa Agung Ukraina Iryna Venediktova sebelumnya mengatakan, badan yang dipimpinnya sedang mempersiapkan penuntutan kejahatan perang terhadap 41 tentara Rusia atas berbagai pelanggaran termasuk pemboman sarana sipil, pembunuhan warga sipil, perkosaan, dan penjarahan.
Tidak jelas berapa banyak tawanan tentara Rusia dan berapa banyak yang akan diadili secara in-absentia.
BACA JUGA: Rusia: 959 Tentara Ukraina Menyerah di Azovstal Sejak SeninDalam kasus Shishimarin di peradilan Kyiv itu, Venediktova menuduhnya sebagai salah satu dari sekelompok tentara Rusia yang melarikan diri dari kejaran pasukan Ukraina pada 28 Februari, yang kemudian berkendaraan ke Chupakhivka, sebuah desa sekitar 320 kilometer timur dari ibukota Kyiv.
Jaksa mengatakan, dalam perjalanan itu tentara Rusia melihat seorang laki-laki bersepeda yang sedang berbicara diponselnya. Shishimarin, menurut Venediktova, diperintahkan untuk membunuh laki-laki itu sehingga dia tidak bisa melaporkan kepada penguasa militer Ukraina tetapi dia tidak mengatakan siapa yang mengeluarkan perintah itu. Dengan menggunakan senapan Kalashnikov miliknya, Shishimarin melepaskan tembakan dari mobilnya.
Dalam sebuah video yang dirilis oleh Badan Keamanan Ukraina, Shishimarin mengatakan 'saya diperintahkan untuk menembak. Saya menembak satu peluru ke arahnya, ia jauh, dan kami melanjutkan perjalanan.
Kantor Venediktova mengatakan sedang menyelidiki 10.700 kasus yang berpotensi sebagai kejahatan perang. Kasus ini melibatkan 500 tersangka, termasuk tentara dan pejabat pemerintah Afghanistan.
Kantor Venediktova mengatakan, sedang menyelidiki lebih dari 10,700 kasus yang berpotensi kejahatan perang, melibatkan 600 tersangka, termasuk tentara Rusia dan pejabat pemerintah. [jm/em]