Para pejabat mengatakan tiga laki-laki bersenjata melepaskan tembakan dengan senapan otomatis dan peluncur roket di dalam kantor majalah Charlie Hebdo hari Rabu (7/1). Ketiga pelaku masih belum tertangkap, sementara direktur majalah itu Stephane Charbonnier serta paling tidak tiga kartunis dan dua polisi tewas.
Presiden Perancis Francois Hollande menyebut penembakan itu sebagai serangan teror dan Perancis menaikkan kesiagaan terorismenya ke level tertinggi.
“Perancis sangat terkejut atas serangan teror ini, dan tidak diragukan bahwa ini adalah serangan teror terhadap majalah ini yang sebelumnya sudah beberapa kali diancam dan karenanya mendapat perlindungan,” ujar Hollande.
Presiden Hollande secara terbuka membela majalah itu dan mengatakan “tidak ada tindakan biadab apapun yang bisa mematikan kebebasan pers.”
Dikenal suka menghina, majalah berhaluan kiri itu sering menerbitkan isu-isu agama dan budaya. Mingguan itu hari Rabu menerbitkan sebuah kartun satir di media sosial yang menggambarkan Abu Bakr al-Baghdadi, pemimpin kelompok militan ISIS, mengucapkan selamat tahun baru.
Berbicara di hadapan parlemen, Perdana Menteri Inggris David Cameron mengutuk serangan itu.
“Sementara rinciannya masih belum jelas, saya yakin parlemen dan negara ini berdiri bersama rakyat Perancis dalam menentang semua bentuk terorisme. Kita berdiri dengan tegas membela kebebasan menyatakan pendapat dan demokrasi, dan terorisme tidak akan pernah membuat kita meninggalkan nilai-nilai tersebut,” kata Cameron.
Di Washington, jurubicara Gedung Putih Josh Earnest menyebut kejadian itu “serangan terhadap nilai-nilai mendasar yang dipegang teguh di negara ini.” Lewat sebuah pernyataan, Presiden Barack Obama menyatakan belasungkawa bagi para korban dan menambahkan Amerika akan “menyediakan bantuan apapun yang diperlukan untuk menghukum para pelakunya.”
Presiden Hollande mengunjungi lokasi serangan itu di pusat kota Paris tidak lama setelah penembakan itu. Polisi dan para saksi mata mengatakan ketiga pelaku yang mengenakan topeng menyerbu kantor media itu, melepaskan tembakan dan melarikan diri.
Ribuan orang melalui Facebook dan Twitter – mendukung media itu dan publikasi kartun tersebut, dengan mengatakan bahwa kebebasan berekspresi harus dibela.
Pada 2011, kantor tabloid yang memuat laporan-laporan bernada menyindir (satir) itu sempat dihantam serangan bom setelah mempublikasikan kartun Nabi Muhammad di halaman depannya.
(Jeff Custer/VOA).