Serangan bersenjata dan bom di Pakistan, termasuk serangan atas rumah sakit, menewaskan sedikitnya 22 orang.
ISLAMABAD —
Serangan penembakan dan bom terpisah di provinsi Baluchistan di bagian barat daya Pakistan, Sabtu (15/6), menewaskan 22 orang, termasuk 14 mahasiswi dan beberapa anggota pasukan keamanan.
Tindak kekerasan juga memusnahkan sebuah rumah bersejarah tempat tinggal pendiri negara itu, Mohammad Ali Jinnah.
Tindak kekerasan mengguncang ibukota provinsi Quetta itu merupakan salah satu serangan yang paling banyak mengakibatkan korban jiwa dan terkoordinasi dengan baik hari Sabtu. Serangan itu dimulai dengan ledakan bom kuat yang menyerang sebuah bus yang mengangkut sejumlah mahasiswi.
Para petugas penyelamat bergegas ke tempat kejadian mengangkut para korban tewas dan yang selamat ke kompleks rumah sakit Bolan Medical Complex yang terdekat.
Para saksi mengatakan sebuah bom lain meledak di dalam ruang gawat darurat rumah sakit itu ketika polisi, sanak keluarga dan teman-teman berkumpul di sana.
Kemudian, orang-orang bersenjata yang menyamar sebagai pasien dan staf pegawai melepaskan tembakan secara membabi-buta dan menduduki bagian-bagian gedung itu. Serangan bom dan penembakan yang terkoordinasi itu menewaskan antara lain beberapa anggota pasukan keamanan, termasuk Wakil Komisaris kota, Abdul Mansoor Khan.
Menteri Dalam Negeri Federal Chaudhry Nisar Ali Khan mengatakan kepada para wartawan di Islamabad bahwa pasukan keamanan menewaskan keempat orang penyerang bersenjata di rumah sakit tersebut dan membebaskan 35 orang sandera.
Seorang anggota Partai Nasional provinsi yang berkuasa, Ishaq Baloch, mengatakan pemerintah memutuskan untuk menegakkan ketertiban di Baluchistan.
“Kami berusaha sebaik-baiknya membuat provinsi kami provinsi yang sangat damai, dan melenyapkan semua unsur yang menyerang orang-orang tak bersalah. Mereka membunuh orang-orang tidak bersalah, mereka menarget orang-orang tidak bersalah,” ujarnya.
Beberapa jam sebelum tindak kekerasan terjadi di Quetta itu, orang-orang bersenjata menyerang dan menghancurkan bangunan tempat tinggal bersejarah, kira-kira 120 kilometer dari ibukota provinsi.
Rumah yang terletak di kota Ziarat itu dinyatakan sebagai peninggalan nasional di mana pendiri Pakistan, Mohammad Ali Jinnah, tinggal pada hari-hari terakhirnya sebelum meninggal tahun 1948, setahun setelah memimpin negara itu meraih kemerdekaan.
Kepala Kepolisian Daerah, Asghar Ali Yousufzai mengatakan, ledakan dan kebakaran memusnahkan gedung abad ke 19 yang terbuat dari kayu itu, dan seorang petugas keamanan yang bertugas di sana juga tertembak mati. (VOA/Ayuz Gal)
Tindak kekerasan juga memusnahkan sebuah rumah bersejarah tempat tinggal pendiri negara itu, Mohammad Ali Jinnah.
Tindak kekerasan mengguncang ibukota provinsi Quetta itu merupakan salah satu serangan yang paling banyak mengakibatkan korban jiwa dan terkoordinasi dengan baik hari Sabtu. Serangan itu dimulai dengan ledakan bom kuat yang menyerang sebuah bus yang mengangkut sejumlah mahasiswi.
Para petugas penyelamat bergegas ke tempat kejadian mengangkut para korban tewas dan yang selamat ke kompleks rumah sakit Bolan Medical Complex yang terdekat.
Para saksi mengatakan sebuah bom lain meledak di dalam ruang gawat darurat rumah sakit itu ketika polisi, sanak keluarga dan teman-teman berkumpul di sana.
Kemudian, orang-orang bersenjata yang menyamar sebagai pasien dan staf pegawai melepaskan tembakan secara membabi-buta dan menduduki bagian-bagian gedung itu. Serangan bom dan penembakan yang terkoordinasi itu menewaskan antara lain beberapa anggota pasukan keamanan, termasuk Wakil Komisaris kota, Abdul Mansoor Khan.
Menteri Dalam Negeri Federal Chaudhry Nisar Ali Khan mengatakan kepada para wartawan di Islamabad bahwa pasukan keamanan menewaskan keempat orang penyerang bersenjata di rumah sakit tersebut dan membebaskan 35 orang sandera.
Seorang anggota Partai Nasional provinsi yang berkuasa, Ishaq Baloch, mengatakan pemerintah memutuskan untuk menegakkan ketertiban di Baluchistan.
“Kami berusaha sebaik-baiknya membuat provinsi kami provinsi yang sangat damai, dan melenyapkan semua unsur yang menyerang orang-orang tak bersalah. Mereka membunuh orang-orang tidak bersalah, mereka menarget orang-orang tidak bersalah,” ujarnya.
Beberapa jam sebelum tindak kekerasan terjadi di Quetta itu, orang-orang bersenjata menyerang dan menghancurkan bangunan tempat tinggal bersejarah, kira-kira 120 kilometer dari ibukota provinsi.
Rumah yang terletak di kota Ziarat itu dinyatakan sebagai peninggalan nasional di mana pendiri Pakistan, Mohammad Ali Jinnah, tinggal pada hari-hari terakhirnya sebelum meninggal tahun 1948, setahun setelah memimpin negara itu meraih kemerdekaan.
Kepala Kepolisian Daerah, Asghar Ali Yousufzai mengatakan, ledakan dan kebakaran memusnahkan gedung abad ke 19 yang terbuat dari kayu itu, dan seorang petugas keamanan yang bertugas di sana juga tertembak mati. (VOA/Ayuz Gal)