Garda Revolusi Iran menyerang apa yang mereka sebut pusat mata-mata Israel di kawasan Kurdi yang semi otonom, demikian dilaporkan media Iran pada Senin.
Panglima Angkatan Udara Iran Amir Ali Hajizadeh mengatakan, “Pada pukul 12 tepat, alhamdullilah, semuanya diselesaikan secara sukses. Empat misil ditembakkan ke kelompok musuh di Idlib dari Khuzestan selatan, dan empat misil ditembakkan dari Kermanshah dan tujuh misil ditembakkan dari Azerbaijan timur ke target Zionis.”
Katanya pasukan elit itu juga menyerang ISIS di Suriah. Serangan ini tampaknya memperbesar kekhawatiran akan memburuknya kestabilan di seluruh Timur Tengah sejak perang antara Israel dan Hamas dimulai pada 7 Oktober, di mana sekutu-sekutu Iran dari Lebanon, Suriah, Irak, dan Yaman mulai terlibat dalam konflik.
Juga ada kekhawatiran bahwa Irak sekali lagi menjadi gelanggang konflik kawasan setelah serangkaian serangan AS terhadap kelompok militan terkait Iran yang merupakan bagian dari militer Irak.
Serangan AS itu dilakukan sebagai tanggapan atas puluhan serangan terhadap pasukan AS di kawasan sejak 7 Oktober.
Garda Revolusioner mengatakan serangan Senin sore itu merupakan serangan militer langsung pertama di kawasan terkait dengan perang di Gaza dan merupakan tanggapan atas “kekejaman” Israel terhadap beberapa komandan dan pasukan yang bersekutu dengan Iran di Timur Tengah sejak konflik dimulai.
Sementara itu pada Selasa orang-orang berkumpul di depan pangkalan PBB di Irbil untuk mengecam serangan Iran itu dan mendesak masyarakat internasional bertindak terhadap Tehran.
Salah satu pengunjuk rasa itu, Hunar Nouri, mengatakan, “Pertama-tama, kami menuntut pemerintah pusat di Baghdad agar menanggapi masalah ini. Konsulat asing dan PBB harus menghentikan serangan pengecut ini. Medan tempur bukan di sini tetapi di Gaza, di Yaman dan banyak tempat lain. Tolong, jangan libatkan Irbil ke dalam konflik politik dan militer di mana Republik Islam Iran secara curang hendak melakukannya di Irbil.”
Penasihat keamanan nasional Irak Qasim al-Araji mengecam serangan itu dan menyebutnya sebagai pelanggaran atas kedaulatan Irak. Dia juga membantah bahwa bangunan yang diserang Iran itu adalah pusat mata-mata Israel, dan sebenarnya milik seorang pebisnis di Irbil.
Pebisnis itu adalah multi-jutawan Kurdi Peshraw Dizayee dan beberapa anggota keluarganya tewas, menurut sumber keamanan dan medis Irak. [jm/lt]