Serangan Israel di Lebanon selatan, Jumat (25/10) menewaskan setidaknya tiga wartawan dan melukai beberapa lainnya saat mereka tidur di wisma tamu, menurut Kementerian Kesehatan Lebanon. Beirut menyebut insiden tersebut sebagai kejahatan perang.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, menekankan pentingnya mencapai resolusi diplomatik segera atas konflik di Lebanon. Pernyataan tersebut disampaikan sehari setelah ia mengungkapkan bahwa Washington tidak ingin melihat kampanye Israel yang berkepanjangan di negara tersebut.
Israel melancarkan serangan besar-besaran ke Lebanon bulan lalu, mengklaim bahwa serangan tersebut menarget pasukan Hizbullah yang bersenjata lengkap dan didukung Iran. Serangan itu juga disebut dilakukan untuk mengamankan kepulangan puluhan ribu warga Israel yang dievakuasi dari utara akibat serangan roket lintas batas.
Pihak berwenang Beirut mengatakan serangan tersebut menewaskan lebih dari 2.500 orang dan membuat lebih dari 1,2 juta orang mengungsi, sebagian besar dari mereka selama bulan lalu, sehingga menciptakan krisis kemanusiaan.
Wartawan yang tewas adalah operator kamera Ghassan Najjar, teknisi Mohamed Reda dari kantor berita pro-Iran Al-Mayadeen dan operator kamera Wissam Qassem, yang bekerja untuk Al-Manar milik Hizbullah, kata kantor berita tersebut dalam pernyataan terpisah.
Mereka tinggal di kota selatan Hasbaya ketika kota itu diserang sekitar pukul 03.00 dini hari. Kota yang dihuni oleh umat Muslim dan Kristen tersebut, sebelumnya tidak pernah menjadi sasaran.
Serangan tersebut merupakan serangan Israel paling mematikan terhadap media di Lebanon sejak terjadinya permusuhan antara Israel dan Hizbullah lebih dari setahun lalu, yang dipicu oleh konflik di Gaza.
Israel tidak berkomentar langsung, tetapi secara umum membantah menarget jurnalis dengan sengaja.
Kejahatan Perang
Lima jurnalis tewas dalam serangan Israel sebelumnya saat meliput konflik di Lebanon, termasuk jurnalis visual Reuters, Issam Abdallah, pada 13 Oktober 2023. Empat jurnalis lainnya juga tewas di rumah mereka pada bulan lalu, menurut Yayasan Samir Kassir, sebuah organisasi yang memperjuangkan kebebasan pers.
"Ini adalah kejahatan perang," kata Menteri Informasi Lebanon Ziad Makary. Setidaknya 18 jurnalis dari enam media, termasuk Sky News, Al-Jazeera, dan penyiar Lebanon, menggunakan wisma tamu tersebut.
"Kami mendengar pesawat terbang sangat rendah - itulah yang membangunkan kami - dan kemudian kami mendengar [ledakan] dua rudal," kata Muhammad Farhat, reporter dari media Lebanon Al-Jadeed, kepada Reuters.
Dia menyebutkan bahwa beberapa bungalow rusak. Rekaman video memperlihatkan mobil-mobil yang terbalik dan rusak, dengan beberapa di antaranya bertanda "Pers."
BACA JUGA: Suara Ledakan Terdengar di antara Bangunan di Pinggiran Selatan BeirutIsrael melakukan serangan udara di wilayah selatan Lebanon, termasuk Lembah Bekaa dan pinggiran selatan Beirut, sementara pasukan daratnya juga merangsek ke Lebanon selatan untuk menargetkan Hizbullah.
Israel mengumumkan bahwa lima tentara tewas dalam pertempuran di Lebanon selatan, setelah pada Kamis juga menginformasikan tentang kematian lima tentara lainnya.
Hizbullah tetap melancarkan serangan roket meskipun menghadapi kehilangan besar, termasuk tewasnya sang pemimpin, Hassan Nasrallah, dan beberapa komandan senior lainnya.
Kelompok itu mengatakan pada Jumat bahwa mereka telah menembakkan lebih banyak roket ke Israel, yang menargetkan pangkalan militer di selatan Haifa.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Lebanon, Firas Abiad, menyatakan bahwa kementeriannya mencatat adanya 55 serangan terhadap rumah sakit, dengan 36 di antaranya merupakan serangan yang ditargetkan secara langsung. "Selama serangan ini, 12 orang tewas di rumah sakit tersebut dan 60 lainnya terluka," ujarnya. [ah/es]