Serangan misil Amerika baru-baru ini terhadap Suriah dapat meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara agar menghentikan program senjata nuklirnya, atau memperkuat di Pyongyang kebutuhan akan kekuatan nuklir sebagai penangkal.
Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris menembakkan 105 misil ke tiga sarana senjata kimia Suriah hari Sabtu sebagai tanggapan atas serangan senjata kimia yang dituduhkan di kota Douma yang menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai atau jatuh sakit ratusan orang lainnya. Pemerintah Suriah telah berkali-kali membantah menggunakan senjata terlarang itu.
Baca juga: Trump Telah Beritahu Kongres Alasan Serangan terhadap Suriah
Serangan militer bersama terhadap Suriah itu terjadi sementara pemerintahan Presiden Amerika Donald Trump dan pemerintahan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un bersiap-siap mengadakan pertemuan puncak bulan Mei atau awal Juni untuk membicarakan pembongkaran program nuklir Korea Utara sebagai imbalan jaminan keamanan.
Baca juga: Pertemuan Puncak Trump-Kim Masih Mungkin Terjadi
Kesediaan Trump menggunakan kekuatan militer terhadap Suriah dapat dipandang memperkuat pesan tekanan maksimumnya, selain memberlakukan sanksi berat yang melarang sebagian besar ekspor Korea Utara. Amerika mungkin akan mengambil tindakan militer, kalau perlu, untuk memaksa Kim mengakhiri program nuklir dan mengakhiri pengembangan misil balistik antar benua yang bersenjata nuklir yang dapat mencapai daratan Amerika Serikat. [gp].