Serangan Misil AS di Suriah Dapat Perkuat Tekanan Terhadap Korut

Tembakan misil AS terhadap Suriah yang menarget berbagai lokasi di ibukota Suriah, menggores langit Damaskus yang kelam dengan kilat cahaya putih, Sabtu pagi, 14 April 2018. (Foto: dok).

Serangan misil Amerika baru-baru ini terhadap Suriah dapat meningkatkan tekanan terhadap Korea Utara agar menghentikan program senjata nuklirnya, atau memperkuat di Pyongyang kebutuhan akan kekuatan nuklir sebagai penangkal.

Amerika Serikat, Perancis, dan Inggris menembakkan 105 misil ke tiga sarana senjata kimia Suriah hari Sabtu sebagai tanggapan atas serangan senjata kimia yang dituduhkan di kota Douma yang menewaskan sedikitnya 40 orang dan melukai atau jatuh sakit ratusan orang lainnya. Pemerintah Suriah telah berkali-kali membantah menggunakan senjata terlarang itu.

Baca juga: Trump Telah Beritahu Kongres Alasan Serangan terhadap Suriah

Serangan militer bersama terhadap Suriah itu terjadi sementara pemerintahan Presiden Amerika Donald Trump dan pemerintahan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un bersiap-siap mengadakan pertemuan puncak bulan Mei atau awal Juni untuk membicarakan pembongkaran program nuklir Korea Utara sebagai imbalan jaminan keamanan.

Baca juga: Pertemuan Puncak Trump-Kim Masih Mungkin Terjadi

Kesediaan Trump menggunakan kekuatan militer terhadap Suriah dapat dipandang memperkuat pesan tekanan maksimumnya, selain memberlakukan sanksi berat yang melarang sebagian besar ekspor Korea Utara. Amerika mungkin akan mengambil tindakan militer, kalau perlu, untuk memaksa Kim mengakhiri program nuklir dan mengakhiri pengembangan misil balistik antar benua yang bersenjata nuklir yang dapat mencapai daratan Amerika Serikat. [gp].