Dalam satu minggu terakhir, belum ada laporan mengenai kerusakan yang dialami restoran-restoran Amerika Serikat di Baghdad akibat serangan yang dilakukan oleh massa yang didukung Iran, sebuah indikasi yang menunjukkan bahwa pemerintah Irak mulai menindak gelombang serangan yang terjadi baru-baru ini yang merugikan citranya sebagai tempat investasi yang ramah untuk dunia Barat.
Setelah serangan massa yang terakhir, yang merusak restoran KFC yang terletak di Jalan Palestina di Baghdad pada 3 Juni lalu, pihak berwenang Irak dilaporkan telah menangkap beberapa penyerang. Personel keamanan yang dipersenjatai tampak menjaga restoran itu pada hari berikutnya.
Gelombang serangan massa tersebut mulai muncul di Baghdad pada akhir Mei dan melibatkan orang bertopeng yang menjarah dan meledakkan bom-bom kecil di luar restoran AS, di antaranya termasuk Lee’s Famous Recipe Chicken dan Chilli House. Tidak ada korban cedera yang dilaporkan dalam insiden tersebut. Sejumlah perusahaan asal Inggis dan AS lainnya juga menjadi target dalam serangan tersebut.
Kementerian dalam negeri Irak menerbitkan sebuah foto di laman Facebook-nya pada 5 Juni yang memperlihatkan delapan laki-laki yang menurut pihak kementerian telah ditangkap berdasarkan Undang-undang anti-terorisme Irak dan didakwa terlibat dalam serangan. Kedelapan laki-laki itu mengenakan pakaian tahanan berwarna kuning dengan wajah mereka yang dikaburkan.
Dalam laporan yang diterbitkan Jumat, The Associated Press mengutip dua pejabat dari milisi Irak yang didukung Iran mengatakan, pendukung mereka melakukan serangan itu sebagai balasan atas dukungan AS untuk Israel dalam perang melawan Hamas. Laporan awal dari Washington Institute for Near East Policy mencatat bahwa perlakuan dan seragam yang dikenakan oleh para pelaku penyerangan menyerupai insiden sebelumnya yang melibatkan Raba Allah, sebuah kelompok yang didukung oleh milisi Kataib Hezbollah (KH).
Duta Besar AS untuk Irak Alina Romanowski mengecam serangan tersebut dalam unggahannya di platform X pada 30 Mei lalu. Ia mendorong pemerintah Irak untuk "melakukan investigasi menyeluruh, dan mengadili pihak yang bertanggung jawab terhadap serangan tersebut dan mencegah serangan serupa terjadi di masa depan."
Dalam sebuah wawancara yang diterbitkan oleh kantor berita Rudaw pada Jumat (7/6) lalu, wakil presiden Kamar Dagang dan Industri AS untuk urusan Timur Tengah, Steve Lutes, menggambarkan serangan tersebut sebagai sesuatu yang menggangu. Ia menyambut upaya pemerintah Irak untuk menindak pelaku penyerangan. [jm/rs]