Jaksa penuntut Serbia pada Kamis (21/11) mengatakan 11 orang telah ditangkap terkait dengan runtuhnya atap sebuah stasiun kereta api pada awal bulan ini yang menewaskan sedikitnya 15 orang di Kota Novi Sad.
Kantor Kejaksaan Tinggi Novi Sad mengatakan para tersangka, yang belum diidentifikasi, didakwa melakukan tindakan kriminal terhadap keselamatan publik, menyebabkan bahaya publik dan pekerjaan konstruksi yang tidak teratur.
Sebanyak 14 orang tewas pada hari kejadian dan tiga orang terluka. Salah seorang korban meninggal dunia beberapa hari kemudian.
Mantan Wali Kota Novi Sad, Borislav Novakovic, mengatakan penangkapan tersebut seharusnya dilakukan lebih cepat. “Selama 20 hari terakhir, semua tersangka dapat memengaruhi para saksi, merusak bukti dan mengubah dokumentasi,” katanya.
Insiden maut itu memicu beberapa aksi demonstrasi, di mana para demonstran – yang sebagian merupakan pemimpin kelompok oposisi – merujuk pada korupsi dan nepotisme pemerintah yang menyebabkan konstruksi atap yang buruk.
BACA JUGA: Demonstran Bentrok dengan Polisi di Serbia, Tuntut Penangkapan terkait Runtuhnya Atap StasiunAssociated Press melaporkan para politisi kelompok oposisi telah menyerukan agar jaksa penuntut kejahatan terorganisir yang menangani kasus ini.
Sejumlah pejabat ditangkap
Beberapa kantor berita lain melaporkan bahwa menteri transportasi, konstruksi, infrastruktur dan perdagangan, serta kepala Kereta Api Serbia yang dikelola negara, telah mengundurkan diri karena insiden tersebut.
Media Serbia melaporkan mantan menteri konstruksi, Goran Vesic, termasuk di antara mereka yang ditahan. Namun Vesic memposting di platform media sosial X bahwa dia datang secara sukarela.
Para pengunjuk rasa yang bentrok dengan polisi selama tiga hari berturut-turut pada hari Rabu (20/11) menyerukan dakwaan sehubungan dengan runtuhnya atap stasiun kereta api itu dan sekaligus menyerukan pembebasan aktivis yang ditangkap dalam demonstrasi sebelumnya.
Presiden Serbia yang populis, Aleksandar Vucic, yang dikritik karena gaya otokratisnya, menyebut para aktivis tersebut sebagai “preman dan pengganggu,” dan menggambarkan protes tersebut sebagai “teror” dan “kekerasan brutal yang disebabkan oleh faktor politik tertentu.” [em/jm]
Beberapa informasi dalam laporan ini berasal dari The Associated Press and Reuters.