Setelah terbit hampir 80 tahun, majalah mingguan Newsweek akan menghentikan edisi cetak dan beralih ke format digital pada 2013.
Majalah Newsweek akan menghentikan edisi cetak setelah terbit hampir 80 tahun dan beralih ke format digital pada awal 2013. Edisi cetak terakhir untuk adalah pada 31 Desember.
Majalah ini merupakan korban terbaru dalam dunia yang berubah dimana pembaca mendapat informasi lebih banyak dari Internet, melalui tablet dan telepon pintar. Para pengiklan juga lebih senang mendapatkan alternatif beriklan yang lebih murah di Internet.
Mingguan Newsweek juga mengalami kesulitan saat orang-orang tidak mau lagi menunggu satu minggu untuk membaca analisis dan rangkuman berita untuk berita besar, dengan adanya gelombang konten instan yang tersedia secara daring.
Pengumuman mengenai perubahan tersebut disampaikan Kamis (18/10) oleh Tina Brown, pemimpin redaksi dan pendiri The Newsweek Daily Beast Co, serta Baba Shetty, CEO perusahaan tersebut. Perubahan ini juga akan membawa pada perampingan pekerja.
"Menurut penilaian kami, kami telah mencapai titik dimana kami merasa dapat secara efektif dan efisien menjangkau pembaca kami melalui format digital,” ujar Brown dan Shetty dalam pernyataan di situs The Daily Beast.
Pengumuman tersebut tidak terlalu mengejutkan mengingat perubahan yang berimbas pada industri majalah dan komentar pemilik Newsweek Barry Diller, direktur IAC/Interactive Corp, mengenai biaya memproduksi majalah edisi cetak.
Majalah tersebut berencana membuat publikasi digital berdasarkan langganan dengan nama Newsweek Global. Pelanggannya saat ini yang berjumlah 1,5 juta, menurun 50 persen dari puncaknya pada 3 juta pelanggan, akan diberikan akses pada edisi digital.
Konten tertentu akan tersedia secara gratis dalam situs Daily Beast, yang semua isinya gratis dan didukung iklan.
Dikenal sebagai editor yang memberikan nafas baru pada banyak majalah termasuk Great Britain's Tatler, Vanity Fair dan New Yorker, Brown gagal membangkitkan kembali Newsweek.
Di bawah kepemimpinannya, majalah tersebut lebih dikenal dengan sampul mukanya daripada isinya. Baru-baru ini ia menerbitkan sampul besar menggambarkan kemarahan kaum Muslim yang memicu kontroversi. Yang lainnya adalah rekayasa gambar almarhum Putri Diana dan Presiden Barack Obama dengan judul “Presiden Gay Pertama.”
Brown menepis kritikan tersebut dengan mengatakan, “Sampul Newsweek telah menjadi permainan. Orang-orang membicarakannya, membaginya dengan yang lain, menuliskannya di Twitter, dan semua itu mengarahkan orang pada konten majalah.”
Namun semua berita mengenai sampul majalah gagal menutup biaya US$40 juta yang diperlukan untuk mencetak dan mendistribusikan Newsweek setiap tahun. Jumlah tersebut tidak termasuk staff, kantor dan biaya lain.
Beberapa pihak mengatakan bahwa Newsweek telah menurun kualitas editorialnya, sehingga pengiklan pun kehilangan kepercayaan.
Selain Newsweek, majalah berita U.S. News & World Report telah beralih ke format digital lebih dahulu pada 2010.
Saingan utama Newsweek, Time, menyanggah bahwa mereka juga akan bernasib sama. Editor pengelola Time, Rick Stengel, mengatakan bahwa edisi cetak adalah pusat dari merek Time.
"Kita sudah lama tidak menganggap Newsweek sebagai satu-satunya kompetitor. Saingan kita adalah semua orang. Kami telah melakukan semuanya dengan baik dan kami akan terus berusaha melakukannya dengan baik,” ujar Stengel. (AP/Reuters)
Majalah ini merupakan korban terbaru dalam dunia yang berubah dimana pembaca mendapat informasi lebih banyak dari Internet, melalui tablet dan telepon pintar. Para pengiklan juga lebih senang mendapatkan alternatif beriklan yang lebih murah di Internet.
Mingguan Newsweek juga mengalami kesulitan saat orang-orang tidak mau lagi menunggu satu minggu untuk membaca analisis dan rangkuman berita untuk berita besar, dengan adanya gelombang konten instan yang tersedia secara daring.
Pengumuman mengenai perubahan tersebut disampaikan Kamis (18/10) oleh Tina Brown, pemimpin redaksi dan pendiri The Newsweek Daily Beast Co, serta Baba Shetty, CEO perusahaan tersebut. Perubahan ini juga akan membawa pada perampingan pekerja.
"Menurut penilaian kami, kami telah mencapai titik dimana kami merasa dapat secara efektif dan efisien menjangkau pembaca kami melalui format digital,” ujar Brown dan Shetty dalam pernyataan di situs The Daily Beast.
Pengumuman tersebut tidak terlalu mengejutkan mengingat perubahan yang berimbas pada industri majalah dan komentar pemilik Newsweek Barry Diller, direktur IAC/Interactive Corp, mengenai biaya memproduksi majalah edisi cetak.
Majalah tersebut berencana membuat publikasi digital berdasarkan langganan dengan nama Newsweek Global. Pelanggannya saat ini yang berjumlah 1,5 juta, menurun 50 persen dari puncaknya pada 3 juta pelanggan, akan diberikan akses pada edisi digital.
Konten tertentu akan tersedia secara gratis dalam situs Daily Beast, yang semua isinya gratis dan didukung iklan.
Dikenal sebagai editor yang memberikan nafas baru pada banyak majalah termasuk Great Britain's Tatler, Vanity Fair dan New Yorker, Brown gagal membangkitkan kembali Newsweek.
Di bawah kepemimpinannya, majalah tersebut lebih dikenal dengan sampul mukanya daripada isinya. Baru-baru ini ia menerbitkan sampul besar menggambarkan kemarahan kaum Muslim yang memicu kontroversi. Yang lainnya adalah rekayasa gambar almarhum Putri Diana dan Presiden Barack Obama dengan judul “Presiden Gay Pertama.”
Brown menepis kritikan tersebut dengan mengatakan, “Sampul Newsweek telah menjadi permainan. Orang-orang membicarakannya, membaginya dengan yang lain, menuliskannya di Twitter, dan semua itu mengarahkan orang pada konten majalah.”
Namun semua berita mengenai sampul majalah gagal menutup biaya US$40 juta yang diperlukan untuk mencetak dan mendistribusikan Newsweek setiap tahun. Jumlah tersebut tidak termasuk staff, kantor dan biaya lain.
Beberapa pihak mengatakan bahwa Newsweek telah menurun kualitas editorialnya, sehingga pengiklan pun kehilangan kepercayaan.
Selain Newsweek, majalah berita U.S. News & World Report telah beralih ke format digital lebih dahulu pada 2010.
Saingan utama Newsweek, Time, menyanggah bahwa mereka juga akan bernasib sama. Editor pengelola Time, Rick Stengel, mengatakan bahwa edisi cetak adalah pusat dari merek Time.
"Kita sudah lama tidak menganggap Newsweek sebagai satu-satunya kompetitor. Saingan kita adalah semua orang. Kami telah melakukan semuanya dengan baik dan kami akan terus berusaha melakukannya dengan baik,” ujar Stengel. (AP/Reuters)