"Bali: Beats of Paradise" akan tayang di Indonesia mulai 22 Agustus. Film itu diharapkan menarik banyak penonton. Sutradara Livi Zheng mengatakan pemutaran ini sebagai kado hari kemerdekaan Indonesia.
“Kami senang banget filmnya bisa tayang di Indonesia. Terutama ini menyambut 17 Agustus juga, jadi memang kami akhirnya memilih tanggal ini karena pas banget,” ujarnya kepada wartawan usai pemutaran perdana di Jakarta, Rabu (14/8) malam.
Film dokumenter berdurasi hampir satu jam ini merekam perjalanan I Nyoman Wenten, maestro seni Bali, yang memperkenalkan Gamelan Bali di Amerika Serikat selama 40 tahun. Wenten mengajar etnomusikologi di University of California Los Angeles dan California Institute of the Arts. Bersama istrinya, Nanik, Wenten pun mempromosikan seni lewat berbagai kolaborasi dengan sejumlah musisi di AS.
BACA JUGA: Sutradara Indonesia Livi Zheng Raih Penghargaan Bersama Sineas HollywoodFilm ini juga menyorot kolaborasi Wenten dengan Judith Hill, penyanyi AS pemenang Grammy. Judith sedang mencari unsur baru untuk musiknya dan tertarik pada gamelan Bali. Mereka pun berkolaborasi membuat lagu “Queen of the Hill” dan video klipnya.
Film Dinilai Jadi Alat Promosi Efektif
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyaksikan pemutaran perdana film tersebut di Jakarta. Dia mengacungkan jempol atas upaya film ini mempromosikan pariwisata Indonesia.
“Orang tidak terasa kita memperkenalkan dengan baik destinasi wisata. Tadi ada Pemuteran, Ubud, Canggu. Banyak spot destinasi yang ditampilkan dalam film ini. Semakin meyakini saya bahwa film adalah salah satu media untuk promosi yang efektif,” ungkapnya.
Arief berharap semakin banyak sineas Indonesia yang bisa mengangkat kebudayaan tanah air di kancah internasional.
“Ini semoga menginspirasi teman-teman yang lainnya. Yang sudah ketularan katanya Belitung nih mau dibuatin sama Livi. Jadi dituangkan dalam satu film seperti ini bagus,” harapnya.
"Bali: Beats of Paradise" diluncurkan pertama kali pada November 2018 di Samuel Goldwyn Theatre di Beverly Hills, California, di markas besar Academy of Motion Picture Seni dan Sains (AMPAS), lembaga bergengsi di Los Angeles, AS, dilanjutkan dengan pemutaran di AMC Theater, Manhattan, New York.
Pada April 2019, film ini diputar di Superplex G, Korea Selatan, layar terbesar di dunia versi Guiness World of Records.
BACA JUGA: Film "Blitar" Tarik Perhatian Mahasiswa Yale University di ASDubes RI untuk Korea Selatan Umar Hadi, yang juga produser film itu, mengatakan film menjadi bahasa universal untuk menjangkau penonton dari berbagai belahan dunia.
“Film itu kan bahasa yang universal. Jadi tadi kan kita nggak terasa peralihan bahasa Indonesia ke Inggris. Waktu diputar di Korea, yang dengar orang Korea, itu ngerti aja tuh,” terangnya. Umar Hadi menggarap film itu ketika dia menjabat Konjen RI di Los Angeles.
Livi Zheng Terus Promosikan Indonesia
Livi mengembangkan karirnya di Hollywood dengan merilis film ‘Brush with Danger’ pada 2015. Perempuan kelahiran Malang, Jawa Timur, yang dibesarkan di Blitar ini, beberapa kali memasukkan unsur Indonesia dalam karyanya. Pada 2018, dia membuat film pendek promosi pariwisata Blitar disusul Jakarta pada 2019.
Perempuan berusia 30 tahun ini dianugerahi “Culture Ambassador” pada 2018 di ajang the Unforgettable Gala di California. Ajang ini juga memberi penghargaan kepada tokoh-tokoh keturunan Asia di AS, salah satunya aktor film "Star Trek" John Cho.
Ke depan, Livi berencana memproduksi film-film yang mengangkat keunikan berbagai daerah di Indonesia.
“Kalau saya akan terus mengangkat Indonesia di film-film saya. Kemarin saya juga baru scouting di Padang. Dan kemarin juga baru selesai syuting trailer di Jawa Timur untuk dua film layar lebar,” paparnya. [rt/ka]