Jepang telah mengandangkan armada V-22 Ospreynya lagi setelah insiden pada Minggu lalu, di mana salah satu pesawat-helikopter hibrida itu miring secara tak terduga sewaktu berupaya lepas landas.
V-22 itu sedang ambil bagian dalam latihan militer gabungan dengan AS Keen Sword dan membawa 16 penumpang, termasuk tiga tentara AS. Sewaktu lepas landas, pesawat itu “menjadi tidak stabil karena bergoyang dari satu sisi ke sisi lainnya, dan sayap kiri, bagian bawah pesawat itu bersentuhan dengan tanah dan sebagian pesawat itu rusak, sehingga penerbangan dibatalkan,” kata Pasukan Bela Diri Darat Jepang dalam sebuah pernyataan.
Ini adalah insiden besar pertama yang dialami V-22 Jepang setelah Osprey milik Komando Operasi Khusus Angkatan Udara AS jatuh di lepas pantai Jepang sehingga menewaskan delapan tentara dan menyebabkan seluruh armada pesawat itu dilarang terbang di Jepang dan AS selama berbulan-bulan.
BACA JUGA: Indo-Pasifik Masuki Era Rudal, Australia Genjot Produksi MisilPesawat tersebut memulai kembali operasi penerbangannya awal tahun ini. Namun, penggunaan Osprey masih kontroversial khususnya di Okinawa, di mana warga mempertanyakan catatan keamanannya.
Osprey yang mengalami insiden Minggu lalu itu mampu mendarat dan tidak seorang pun yang terluka. Namun, Jepang akan tetap melarang terbang armada V-22-nya yang berjumlah lebih dari selusin sambil menyelidiki insiden itu, kata Menteri Pertahanan Gen Nakatani kepada para wartawan pekan lalu.
“Kami percaya tidak ada masalah keamanan dengan Osprey, meskipun memastikan keselamatan penerbangan merupakan prasyarat bagi operasi pesawat,” kata Nakatani.
Kantor program gabungan V-22 Pentagon mendukung investigasi Jepang terhadap insiden tersebut, kata juru bicara Neil Lobeda, pada Sabtu (2/11).
V-22 beroperasi di pulau Yonaguni Jepang selama latihan gabungan Keen Sword. Yonaguni hanya berjarak 100 kilometer di sebelah timur Taiwan. [uh/ns]