Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan para pejabat tinggi keamanan dan penegak hukum pada Senin (30/10), sehari setelah massa menyerbu bandara di Dagestan, setelah pesawat dari Tel Aviv, Israel, mendarat di sana.
Ratusan lelaki yang marah bergegas ke tarmak bandara di Makhachkala, ibu kota wilayah Dagestan yang mayoritas warganya Muslim, pada Minggu malam. Mereka mencari para penumpang Israel, kata laporan berita Rusia.
Kementerian Kesehatan Dagestan mengatakan lebih dari 20 orang cedera, dua di antaranya dalam kondisi kritis. Disebutkan bahwa korban cedera antara lain para polisi dan warga sipil. Kementerian Dalam Negeri setempat mengatakan 60 orang ditahan dalam kerusuhan itu. Tidak jelas apakah ada tuntutan yang diajukan terhadap salah seorang di antara mereka. Tetapi Komite Investigasi Rusia mengatakan pihaknya memulai penyelidikan kriminal atas tuduhan penyelenggaraan protes massal.
Massa menyerbu ke landasan pendaratan dan mengepung pesawat milik maskapai Rusia Red Wings, dengan sedikit saja perlawanan dari polisi, lapor media berita Rusia.
Video dan foto di media sosial memperlihatkan sebagian dari massa mengibarkan bendera Palestina dan sebagian berupaya menggulingkan sebuah mobil polisi. Yang lainnya membawa spanduk bertulisan tangan dengan kata-kata “Pembunuh anak-anak tidak diterima di Dagestan” dan “Kami menentang pengungsi Yahudi.”
Sebagian dari massa memeriksa paspor penumpang yang tiba, tampaknya dalam upaya mengidentifikasi mereka yang merupakan warga negara Israel. Massa kemudian berhasil dibubarkan.
Bandara Makhachkala masih tetap tutup hingga pukul 3 dini hari Selasa, kata otoritas penerbangan Rusia Rosaviatsia.
Kremlin pada Senin menyalahkan kerusuhan itu adalah akibat dari “campur tangan pihak luar.” Juru bicara presiden Vladimir Putin, Dmitry Peskov mengatakan, pertemuan mereka dijadwalkan membahas “upaya Barat untuk menggunakan peristiwa di Timur Tengah untuk memecah belah masyarakat (Rusia).”
BACA JUGA: Rusia, China Veto Desakan AS untuk Tindakan PBB terhadap Israel, Gaza“Sudah diketahui dan jelas bahwa peristiwa kemarin di sekitar bandara Makhachkala sebagian besar adalah akibat campur tangan pihak luar, termasuk pengaruh informasi dari luar,” kata Peskov kepada wartawan dalam konferensi pers hariannya.
Juga Senin, kantor berita pemerintah Rusia RIA Novosti mengutip Gubernur Dagestan Sergei Melikov yang mengatakan bahwa kerusuhan itu dikoordinasikan di aplikasi Telegram yang dikelola oleh “para pengkhianat” yang berbasis di Ukraina, dengan tujuan menggoyahkan situasi di Dagestan dan memicu kerusuhan.
Menurut kantor berita independen Rusia Mediazona, saluran Telegram lokal telah mengatakan sebelum kerusuhan bahwa “para pengungsi dari israel” akan tiba di Dagestan. Salah satu saluran itu, kata Mediazona, didirikan oleh mantan legislator Rusia Ilya Ponomaryov, yang sekarang ini bermukim di Ukraina dan mengklaim terlibat dalam gerakan gerilya di dalam Rusia.
Kantor berita Associated Press tidak dapat mengonfirmasi secara independen laporan itu. Ponomaryov telah mengatakan ia tidak lagi memiliki hubungan dengan saluran itu.
Rusia telah mengeluarkan kritik yang dikemukakan secara hati-hati mengenai kedua pihak dalam perang antara Israel dan Hamas, konflik yang memberi Moskow peluang baru – untuk memajukan perannya sebagai perantara kekuatan global dan menantang upaya-upaya Barat untuk mengucilkannya karena masalah Ukraina.
Setelah kerusuhan Dagestan, kantor PM Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Israel “berharap otoritas penegak hukum Rusia melindungi keselamatan seluruh warga negara Israel dan Yahudi di mana pun mereka mungkin berada dan bertindak tegas terhadap para perusuh dan terhadap hasutan liar yang ditujukan terhadap orang-orang Yahudi dan Israel.”
Kantor Netanyahu menambahkan bahwa duta besar Israel untuk Rusia bekerja sama dengan Rusia untuk membuat warga Israel dan Yahudi aman. [uh/ab]