Kremlin mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin hari Sabtu malam (18/3) mengunjungi kota pelabuhan Mariupol, di Ukraina, yang telah diduduki Rusia, setelah sebelumnya singgah di Semenanjung Krimea untuk memperingati sembilan tahun aneksasi ilegal wilayah itu pada tahun 2014.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menunjukkan rekaman video di mana Putin tampak bicara dengan warga setelah mengunjungi sekolah seni dan pusat anak-anak di Krimea.
Sementara laporan media-media di Rusia mengatakan Putin tiba di Mariupol dengan helikopter dan kemudian mengemudikan sendiri mobilnya ke sekitar “situs peringatan” kota itu, gedung konser dan garis pantai. Stasiun televisi negara bagian Rossiya 24 pada hari Minggu memperlihatkan Putin berbincang-bincang dengan warga di luar kompleks perumahan yang baru dibangun.
Sehari Setelah ICC Keluarkan Surat Penangkapan, Putin Datang ke Mariupol
Kunjungan itu dilakukan sehari setelah Mahkamah Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Putin, atas tuduhan melakukan kejahatan perang, utamanya tindakan deportasi anak-anak Ukraina selama invasi 13 bulan terakhir ini. Putin belum memberi tanggapan atas tuduhan itu. Sementara Kremlin menyebut hal itu “tidak sah secara hukum.”
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuntut penarikan pasukan Rusia dari Semenanjung Krimea dan semua wilayah yang didudukinya di bagian timur Ukraina. Tetapi perang di darat, di wilayah timur Ukraina, sebagian besar menemui jalan buntu ketika tidak satu pihak pun berhasil menguasai lebih banyak wilayah.
Lawatan Putin ke Mariupol yang masih dilanda perang itu adalah yang bertama sejak invasi 24 Februari 2022.
BACA JUGA: Akankah Vladimir Putin Benar-benar Ditangkap?Banyak pemimpin Barat yang mendukung Ukraina, termasuk Presiden Amerika Joe Biden, telah mengunjungi Kiev; ibu kota Ukraina yang coba direbut oleh Putin pada minggu-minggu awal invasinya dan gagal.
Mariupol adalah salah satu pusat pertempuran utama di bulan-bulan pertama perang, meskipun ketika Rusia mengambil kendali penuh Mei lalu, hanya ada sekitar 100 ribu penduduk yang tersisa dari 450 ribu populasi kota itu sebelum perang.
Wakil Perdana Menteri Rusia Marat Khusnullin hari Minggu mengatakan kepada kantor berita RIA bahwa Rusia berencana tetap berada di Mariupol; dan mengatakan pemerintah berharap dapat menyelesaikan pembangunan kembali kota yang dibom itu pada akhir tahun ini juga. [em/jm]