Setidaknya 11 orang tewas dalam serangan kembar di dekat Beni di wilayah timur Republik Demokratik Kongo. Otoritas setempat menyampaikan hal tersebut kepada AFP pada Minggu (24/3), seraya menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok pemberontak ADF.
“Serangan itu terjadi pada Sabtu (23/3) malam dan sangat disayangkan, kita telah kehilangan enam warga sipil,” kata Augustin Kapupa, pejabat di Matembo di mana serangan pertama terjadi.
Kapupa menuduh serangan itu dilakukan oleh Pasukan Aliansi Demokratik (ADF), yang menurut sejarahnya merupakan koalisi pemberontak Uganda yang mayoritas muslim dan didirikan di wilayah timur Kongo pada 1995.
Pengikut kelompok tersebut telah membunuh ribuan warga sipil sejak saat itu.
Kelompok tersebut, yang merupakan salah satu milisi paling mematikan di kawasan yang dilanda perselisihan itu, telah bersumpah setia kepada ISIS pada 2019.
“Setelah kelompok ADF melakukan pembunuhan di Matembo, mereka mendatangi kami di Sayo, dan membuat kami berkabung atas lima kematian,” kata tokoh tetua setempat, Antoine Kambale.
Pejabat di kota Beni, Makofi Bakuku, mengatakan kepada AFP bahwa jumlah yang tewas di Sayo bisa jadi bertambah, karena pemberontak masih berada di wilayah itu.
BACA JUGA: Sekjen PBB: Dunia Jadi 'Semakin Tidak Aman dari Hari ke Hari'Bukuku mengatakan bahwa dirinya berharap pasukan bersenjata Kongo yang ada di wilayah itu, begitu juga tentara Uganda dan kehadiran pasukan penjaga perdamaian PBB, MONUSCO, akan cukup mampu menangkal bahaya yang terus berulang.
“Sejak awal tahun ini, kami terus mencatatkan kematian dan penculikan,” kata dia.
“Dalam waktu kurang dari tiga bulan, ada lebih dari 180 korban,” tambahnya.
Serangan-serangan itu diklaim dilakukan oleh ISIS.
Tokoh masyarakat sipil Matembo, Germain Kathemika mengatakan, warga setempat telah memperingatkan tentara, terkait ancaman bahaya yang muncul akibat kehadiran pemberontak di kawasan itu dalam tiga pekan terakhir.
Di akhir 2021, pasukan bersenjata Uganda dan Kongo meluncurkan operasi militer gabungan untuk melawan ADF, tetapi mereka gagal untuk menghentikan sejumlah serangan yang muncul.
Pasukan bersenjata Kongo tidak segera memberikan komentar terkait peristiwa tersebut. [ns/rs]