Rusia menuduh Australia phobia terhadap negara itu karena membatalkan kesepakatan sewa tanah di mana Moskow ingin membangun kedutaan barunya, yang dinilai oleh pemerintah Australia menimbulkan risiko keamanan karena terlalu dekat dengan Gedung Parlemen.
Parlemen mengeluarkan undang-undang darurat yang memblokir kesepakatan sewa itu, Kamis, setelah Rusia memenangkan gugatan bandingnya di Pengadilan Federal bulan lalu atas keputusan otoritas lokal Canberra untuk melakukan hal yang sama.
Kedutaan Besar Rusia menanggapi pada hari Jumat (16/6) dengan memposting di media sosial sebuah laporan kantor berita Rusia TASS tentang kecaman juru bicara Kremlin Dmitry Peskov atas tindakan Australia itu. “Dengan membatalkan perjanjian sewa untuk lokasi pembangunan gedung Kedutaan Besar Rusia yang baru, Australia terus menerus menyuarakan sentimen antiRusia,” kata Peskov dalam laporan itu.
Kedutaan Besar Rusia dikutip menggambarkan pembatalan kesepakatan sewa tersebut sebagai "langkah lain oleh (Perdana Menteri) Anthony Albanese untuk menghancurkan hubungan secara disengaja dan sistematis dengan Moskow." “Ini mencerminkan tindakan tidak bersahabat lainnya dari Australia. Kami akan mempertimbangkan ini dan jika ada masalah dalam agenda yang membutuhkan prinsip timbal balik, kami akan bertindak sesuai dengan itu,” kata Preskov.
Undang-undang yang mengakhiri sewa mulai berlaku Kamis malam ketika dicap oleh Gubernur Jenderal David Hurley, yang mewakili kepala negara Australia, Raja Charles III. Albanese menjelaskan urgensi itu sebagai kebutuhan untuk mencegah lokasi kedubes baru tersebut menjadi "kehadiran diplomatik resmi". Sejumlah anggota parlemen Australia menyebut adanya ancaman spionase dan campur tangan politik jika kedutaan baru Rusia dibangun di kawasan diplomatik Yarralumla yang begitu dekat dengan Gedung Parlemen.
Rusia saat ini menempati bekas kedutaan Uni Soviet di pinggiran Griffith, yang lokasinya lebih jauh dari Gedung Parlemen daripada lokasi baru.
Badan intelijen Australia sekarang menilai spionase dan campur tangan asing sebagai tantangan keamanan terbesar negara.
Pada bulan Februari, surat kabar Sydney Morning Herald melaporkan bahwa Australia diam-diam telah mengusir jaringan mata-mata Rusia yang para anggotanya menyamar sebagai diplomat. Jaringan mata-mata itu terdiri dari staf kedutaan dan konsuler serta agen-agen lain yang menggunakan identitas rahasia. Harian itu melaporkan dengan mengutip sumber tanpa nama yang mengetahui operasi tersebut.
Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO), dinas mata-mata domestik utama negara itu, mengungkapkan beberapa hari sebelumnya bahwa pihaknya telah "mendeteksi dan mengacaukan jaringan mata-mata utama". ASIO belum menyebut negara mana yang bertanggung jawab. [ab/ka]