'Sexting' Lewat Telepon Genggam Tak Umum di Kalangan Remaja

  • June Simms

Menurut hasil survei di Amerika, "sexting" atau mengirim pesan seksual secara ekplisit melalui telepon genggam ternyata tidak umum di kalangan remaja seperti yang dikahwatirkan banyak orang tua.

Sejumlah pakar melakukan survei tentang sexting atau mengirim pesan seksual secara eksplisit lewat sarana teknologi, terutama telepon genggam, di kalangan remaja.

Penelitian baru menunjukkan bahwa "sexting" atau mengirim pesan seksual secara eksplisit lewat sarana teknologi, terutama telepon genggam, bukan hal yang biasa dilakukan remaja. Pusat Penelitian Kejahatan terhadap Anak-anak di Universitas New Hampshire pekan lalu mempublikasikan dua hasil penelitian.

Tim peneliti mewawancarai lebih dari 1.500 pengguna internet yang berusia antara 10 hingga 17 tahun. Hanya 2,5 persen dari mereka mengatakan pernah mengirim atau menerima gambar bugil melalui telepon genggam atau internet.

Survei sebelumnya memperoleh temuan bahwa 20 persen remaja terlibat dalam aktivitas seperti itu. Tetapi, masalahnya survei itu juga melibatkan remaja berusia 18 dan 19 tahun. Dan Rauzi, direktur senior program teknologi bagi Klub Remaja Laki-laki dan Perempuan di Amerika, mengatakan bahwa masalah lainnya adalah kebingungan kaum remaja atas apa sebenarnya yang dimaksud dengan "sexting".

"Misalnya dalam penelitian oleh Universitas New Hampshire, tim peneliti menemukan sejumlah remaja menyebut "texting" sebagai gambar-gambar diri mereka dalam pakaian renang," ungkapnya.

Rauzi mengatakan hal tersebut dan gambar-gambar berkonotasi seperti itukadang-kadang dilaporkan sebagai "sexting".

Marian Merritt adalah pakar keamanan internet bagi perusahaan pengaman komputer Norton. Ia mengatakan tim peneliti Universitas New Hampshire memperhitungkan kegalauan dalam penelitian terbaru mereka.

"Mereka memisahkan gambar-gambar yang paling cabul atau berbhaya dan dilengkapi dari SMS yang berkonotasi demikian," ujarnya.

Merritt mengatakan sangat sedikit gambar-gambar dalam penelitian terbaru yang dinilai ilegal.

"Gambar atau video yang mungkin dikategorikan sebagai pornografi anak sangat rendah. Hanya sekitar 1 persen. Jadi berita baiknya adalah ini merupakan fenomena sangat jarang dan kebanyakan remaja tidak berperilaku seperti ini," paparnya lebih jauh.

Setiap orang tahu remaja adalah perintis penggunaan teknologi. Dan Rauzi mengatakan eksperimen yang mereka lakukan kerap memicu keprihatinan orang dewasa, seperti kekhawatiran baru-baru ini atas "sexting." Tetapi, ini juga memiliki dampak lain.

"Ada teknologi baru dan kaum remaja. Mereka mencoba hal-hal baru dan kadang-kadang membantu kita melihat berbagai kemungkinan dengan teknologi baru," ujar Rauzi.

Hasil penelitian baru ini dipublikasikan dalam jurnal Pediatrics. Sementara, dalam penelitian kedua peneliti Universitas New Hampshire mendapati hanya sedikit kasus "sexting" yang diselidiki oleh polisi berakhir dengan penangkapan. Merritt senang dengan kenyataan ini.

Ia mengatakan, "Berita baik lainnya adalah selama beberapa tahun terakhir kita menyaksikan para penegak hukum di seluruh Amerika mulai mengambil pendekatan yang lebih moderat dan tidak melakukan penegakan hukum secara absolut, sebuah kesalahan tidak sengaja dan kurangnya pemahaman akan bahaya akibat penyebarluasan gambar seperti itu."