Shell Berencana 'Pecah Kongsi' dengan ExxonMobil di California

Logo Shell terlihat di pusat kota London, Inggris, 6 Maret 2014. (Foto: REUTERS/Neil Hall)

Perusahaan migas Belanda, Royal Dutch Shell Plc, berencana untuk hengkang dari Aera, perusahaan patungan minyak dan gas yang didirikan dengan ExxonMobil Corp dan berbasis di California yang dibangun bersama Exxon Mobil Corp. Hal itu diungkapkan oleh empat orang yang mengetahui pembicaraan tersebut kepada Reuters, Kamis (1/7).

Shell telah mendivestasikan sejumlah aset karbon tahun ini, menjual kilangnya di negara bagian Washington ke Holly Frontier Corp dan sahamnya di kilang patungan di wilayah Houston ke Petroleos Mexicanos saat perusahaan itu mengalihkan investasi barunya ke energi terbarukan dan listrik.

Perusahaan juga mempertimbangkan penjualan asetnya di Permian Basin of Texas, Reuters sebelumnya melaporkan.

BACA JUGA: Perusahaan Minyak Raksasa Ditekan untuk Tangani Perubahan Iklim

Aera memproduksi sekitar 125.000 barel minyak dan 32 juta kaki kubik gas alam setiap hari, menyumbang sekitar 25 persen dari produksi minyak dan gas negara.

Shell telah memberi tahu Exxon tentang rencananya tersebut, menurut sumber. Seorang juru bicara Shell menolak berkomentar, mengutip kebijakan perusahaan.

Usaha patungan, yang berkantor pusat di Bakersfield, California, memiliki produksi utama di Lembah San Joaquin. Shell sebelumnya telah menjual semua operasi kilang minyak California, beberapa di antaranya memiliki sambungan pipa ke lapangan migas.

California masih memproduksi sekitar 360.000 barel minyak per hari, bahkan ketika negara bagian itu telah menerapkan peraturan yang paling ketat tentang emisi gas rumah kaca. Tahun lalu, sebuah perintah eksekutif mengharuskan semua mobil baru dan truk penumpang yang dijual di California menjadi kendaraan tanpa emisi pada 2035.

BACA JUGA: Pengadilan Belanda Perintahkan Shell Pangkas Emisi Karbon hingga 45 Persen

Harga minyak melonjak tahun ini, naik lebih dari 50% karena pulihnya permintaan setelah pembatasan perjalanan karena pandemi COVID-19 dicabut. Kenaikan harga telah mendorong banyak produsen minyak untuk menjual asetnya. Investor ingin mengurangi investasi di bahan bakar fosil untuk membendung perubahan iklim global yang disebabkan oleh emisi karbon.

Shell dan produsen minyak lainnya yang berbasis di Eropa, seperti BP Plc dan Total, telah berkomitmen untuk menurunkan emisi melalui peningkatan investasi dalam energi terbarukan sambil melepaskan beberapa kepemilikan minyak dan gas.

Shell, salah satu perusahaan minyak terbesar di dunia, mengatakan tahun ini menargetkan untuk mengurangi intensitas karbon produknya setidaknya 45% pada 2035, dan 100% pada 2050 dari 2016. Pengadilan Belanda telah memutuskan bahwa upaya Shell tidak cukup, memerintahkannya untuk menurunkan emisi sebesar 45% pada 2030 dari tingkat 2019. [ah/au/ft]