Diplomasi panda Beijing mungkin hanya mempunyai satu pemenang: panda raksasa itu sendiri.
Pusat Penangkaran Panda Bifengxia di Kota Ya’an, Provinsi Sichuan, China barat daya, menampung hingga 66 ekor panda dalam lingkungan yang tenang dan subur.
Beberapa di antaranya sempat tinggal di luar negeri sebagai bagian dari upaya global untuk melestarikan spesies langka tersebut, termasuk Mei Sheng dan Bei Bei yang lahir di AS, serta Fan Xing yang baru kembali dari tempat lahirnya di Belanda tahun lalu.
Dalam perjalanan media belum lama ini ke Sichuan, Mei Sheng, yang sudah hampir berusia 21 tahun, tampak mengunyah bambu di paviliun bergaya China, sedangkan Bei Bei berjalan ke deretan rebung yang dijajarkan, memungut salah satunya dengan menggunakan gigi, lalu duduk untuk menikmatinya sementara para pengunjung memerhatikan mereka.
Pegawai pusat penangkaran menggambarkan panda jantan berusia hampir sembilan tahun yang dikirim ke China pada tahun 2019 itu sebagai panda yang mudah bergaul.
BACA JUGA: Peringatan Serah Terima Hong Kong, Pemimpin Umumkan 2 Panda Baru akan Segera TibaLi Xiaoyan, perawat Bei Bei dan dua panda lainnya yang lahir di luar negeri, mengatakan bahwa panda yang lahir di luar negeri mungkin menghadapi kendala bahasa saat kembali ke China.
Ada perbedaan besar di antara para panda. Beberapa panda bisa beradaptasi dengan sangat cepat dan mudah ketika kembali, sementara yang lain butuh waktu lama untuk beradaptasi ke lingkungan yang baru, terutama faktor manusia seperti bahasanya,” kata Li.
“Di luar negeri, bahasa asing yang digunakan. Di China, bahasa Mandarin yang digunakan, dan bahkan bahasa Sichuan serta dialek
Program peminjaman panda raksasa China sudah lama dikenal sebagai alat diplomasi lunak Beijing. Meski demikian, pentingnya pelestarian spesies itu juga bisa jadi alasan kuat Beijing memperbarui kerja samanya dengan kebun-kebun binatang AS dan mengirim sepasang panda baru ketika hubungan kedua negara memburuk.
“Kami menjalankan kerja sama ilmiah dan penelitian dengan Kebun Binatang San Diego dan kebun binatang di Washington, di AS, demikian juga dengan negara-negara Eropa. Kerja sama ini bersifat timbal balik dan saling menguntungkan dalam banyak aspek. Dalam hal hewan, mereka lebih maju dalam berbagai aspek, termasuk kedokteran hewan, genetika dan vaksinasi, dan kami belajar dari mereka,” kata Zhang Hemin, kepala ahli Pusat Konservasi dan Penelitian Panda Raksasa China di Kota Ya’an.
Meskipun penelitian Barat unggul dalam bidang studi genetika dan kedokteran hewan, China unggul dalam hal penyediaan makanan dan pelatihan perilaku, ujarnya.
Zhang berbicara kepada wartawan dalam tur media yang diselenggarakan oleh pemerintah China baru-baru ini di Pusat Panda Bifengxia Ya’an, di mana para panda bermalas-malasan dan mengunyah batang bambu.
Wisatawan yang berkunjung terpesona oleh binatang berbulu hitam-putih yang lucu itu.
Zhang Yiqing, mahasiswa senior yang berkunjung dari Chengdu, menganggap China telah melakukan pekerjaan yang baik dalam konservasi panda dan keuntungannya lebih besar daripada kerugiannya, dalam hal kerja sama internasional mengenai panda.
“Melihat panda-panda raksasa, saya rasa mereka pasti menjalani hidup yang sangat nyaman dan santai. Setidaknya mereka jauh lebih bahagia daripada kita-kita pegawai kantoran,” kata turis lain, San San.
Zhang, kepala pusat konservasi, mengatakan kepada wartawan bahwa terdapat beberapa manfaat dari pengiriman panda ke luar negeri.
BACA JUGA: China Kirim Sepasang Panda ke AS untuk Kemitraan Konservasi“Faktanya, melindungi panda berarti melestarikan keanekaragaman hayati dan seluruh lingkungan ekologi. Karena panda ibarat payung, semua hewan lain juga ikut terlindungi saat Anda melindungi panda. Jadi saya rasa panda yang tinggal
sementara di luar negeri meningkatkan kesadaran manusia akan pentingnya pelestarian, selain itu juga meningkatkan perhatian terhadap planet kita dan perlindungan keanekaragaman hayati,” urai Zhang. “Bagus, bukan?”
Jumlah panda yang hidup di penangkaran telah meningkat menjadi lebih dari 700 ekor, membentuk populasi besar yang berkelanjutan, ungkapnya.
Langkah berikutnya dalam pelestarian panda adalah untuk membantu hewan itu kembali ke alam liar dan bertahan di sana. Populasi lebih besar panda yang dikembangbiakkan di penangkaran menjadi landasan upaya itu.
Puluhan tahun setelah Beijing mulai bekerja sama dengan kebun-kebun binatang di AS dan Eropa untuk melindungi spesies tersebut, jumlah panda raksasa di alam liar telah meningkat menjadi 1.900 ekor, dari yang sebelumnya 1.100 ekor pada tahun 1980-an, dan hewan itu pun tidak lagi dianggap “berisiko” punah dan kini diberi status yang lebih aman, “rentan.” [rd/rs]