Menyusul pembununah bernuansa ras atas sembilan warga kulit hitam di Charleston, South Carolina, bulan lalu, banyak yang menyerukan dihilangkannya simbol-simbol Konfederasi dari ruang-ruang publik.
Dylann Roof, yang didakwa atas pembunuhan tersebut, diduga mengunggah foto-foto dirinya memegang bendera Konfederasi ke lamannya sebelum penembakan itu, berikut manifesto rasialis.
Selain bendera Konfederasi, beberapa juga menyerukan penurunan patung-patung pemimpin Konfederasi dan penggantian nama jalan dan sekolah yang berasal dari tokoh-tokoh Konfederasi.
Namun hal itu agak sulit dilakukan karena wilayah Amerika Serikat bagian Selatan dipenuhi penghormatan atas Konfederasi Amerika yang berumur pendek.
Beberapa kelompok ingin mengubah narasi sejarah Perang Saudara, menjauhkan Konfederasi dari perbudakan dan mengaitkan perang tersebut dengan hak-hak negara bagian dan pemerintahan otonom.
Tentara Konfederasi akan digambarkan sebagai pahlawan yang berjuang untuk kehormatan dan keberanian.
Tahun 2014, Texas, yang merupakan bekas negara bagian Konfederasi, bergumul dalam kontroversi mengenai bagaimana buku-buku pelajaran sekolah akan membahas peran perbudakan dalam Perang Saudara. Selain buku pelajaran, kelompok-kelompok pendukung Konfederasi, yang disebut "Lost Cause" ini juga mensponsori kontes esai dan menerbitkan makalah sejarah.
Beberapa pihak juga menekankan bahwa penghormatan atas mereka yang berperang untuk Konfederasi tidak seharusnya dilihat sebagai penghinaan atau rasialisme.
Ben Jones, mantan anggota Kongres di Georgia dan saat ini merupakan kepala operasi warisan untuk putra-putra veteran Konfederasi, menyebut upaya untuk menurunkan bendera Konfederasi dari ibukota South Carolina "mengumpani kegilaan pembersihan budaya."
"Bagi 70 juta orang yang nenek moyangnya berjuang untuk Selatan, ini simbol anggota keluarga yang berjuang untuk apa yang mereka pikir benar saat itu, yang keberaniannya menjadi legenda dalam sejarah militer," tulis Jones dalam harian New York Times.
“Ini nostalgia, warisan kita. Serangan-serangan saat ini terhadap warisan tersebut, 150 tahun setelah peristiwa itu, bagi kami merupakan penghinaan yang tidak dapat diobati."
Jim Webb, mantan Senator AS dari Virginia dan kandidat calon presiden Demokrat saat ini, menulis di Facebook bahwa penting berpikir mengenai isu tersebut dengan menghormati "sejarah rumit Perang Saudara." Webb menulis bahwa nenek moyangnya tewas karena berjuang untuk kedua belah pihak yang berkonflik.