Ribuan jurnalis akan berdatangan di Singapura pekan depan, sementara persiapan bagi pertemuan puncak antara Presiden Amerika dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un di sana masih berlangsung. Wartawan VOA Bill Gallo telah berada di Singapura sekarang dan menyampaikan mengapa negara kecil ini merupakan pilihan yang masuk akal sebagai tempat berlangsungnya pertemuan tersebut.
Singapura, negara-pulau kecil berpenduduk lima juta orang, adalah tempat berputarnya uang dalam jumlah besar dan tak kekurangan ruang-ruang yang indah.
Pertemuan puncak di sana antara Presiden Amerika Donald Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un hampir tak jadi berlangsung.
Bulan lalu, Trump sempat membatalkan pertemuan itu sebelum ia menyatakan pertemuan itu akan berlangsung sesuai rencana. Ini membuat proses persiapan di Singapura menjadi menantang.
Di tengah-tengah drama terkait pertemuan puncak itu, salah satu faktor yang membuat Singapura dipilih sebagai tempat pertemuan adalah politik di negara itu.
Wartawan VOA William Gallo mengemukakan,"Protes masyarakat jarang berlangsung di Singapura. Kenyataannya, pemerintah tidak mengizinkan protes tanpa izin. Ini mungkin menjadi faktor kunci bagi kedua pemimpin dunia yang memancing perasaan kuat.”
Singapura juga aman karena dianggap sebagai daerah netral.Negara ini memiliki hubungan diplomatik serta, hingga belakangan ini, hubungan ekonomi yang kuat dengan Amerika Serikat dan Korea Utara.
“Singapura memiliki banyak pengalaman menyelenggarakan konferensi-konferensi besar dan pertemuan pemimpin-pemimpin. Presiden-presiden terdahulu juga pernah berkunjung ke sini. ASEAN menyelenggarakan banyak pertemuan di sini, termasuk KTT ASEAN baru-baru ini. Jadi Singapura berpengalaman mengadakan pertemuan semacam ini,” kata Lim Tai Wei, profesor di National University of Singapore.
Pekan lalu, Singapura menjadi tuan rumah pertemuan tahunan Dialog Shangri-La yang diikuti puluhan pejabat pertahanan dan tamu-tamu terkemuka lainnya.
Semua perhatian itu baik untuk ekonomi Singapura. Tetapi pengunjung tidak akan menemukan para pedagang kaki lima yang menjajakan kaos Trump-Kim di negara-kota yang diatur dengan ketat itu.
Kecuali, minuman koktail bertema Donald Trump dan Kim Jong-un.
Stan Sri Ganesh, pemilik Escobar Bistro menjelaskan tentang koktail dengan tema tersebut. "Ini koktail Trump, minuman dengan basis bourbon wiski. Wiski adalah minuman keras paling umum ditemukan di Amerika Serikat. Dan ini koktail Kim, yang berbasis soju,” kata Ganesh.
Bar di kawasan bisnis Singapura tersebut berharap meraih penghasilan besar begitu para wartawan internasional berbondong-bondong tiba di sana.
Singapura membuktikan bahwa meskipun negara ini termasuk yang terkecil di dunia, tetapi negara tersebut tahu cara memanfaatkan peristiwa yang mendapat sorotan besar di sana. [uh/gp]