Seorang siswa sekolah menengah pertama di Denpasar yang berhasil membuat meja belajar yang dialiri listrik secara mandiri.
DENPASAR —
Putu Agastya Satryana, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Denpasar berhasil membuat meja belajar dengan dilengkapi listrik mandiri dan memberikan efek positif bagi kesehatan penggunanya.
Meja belajar yang dibuat dengan memanfaatkan mesin jahit bekas tersebut memiliki listrik mandiri karena dilengkapi dinamo, yang kemudian dihubungkan dengan roda pemutar mesin jahit yang digerakkan melalui pijakan kaki pada mesin jahit.
Listrik yang dihasilkan dari dinamo selanjutnya disimpan dalam aki 12 volt dan dapat digunakan untuk menyalakan lampu yang terpasang pada meja belajar. Listrik tersebut juga dapat digunakan untuk mengisi baterai telepon genggam, iPod dan iPad.
Meja belajar yang dibuat juga memberikan efek positif bagi kesehatan karena pada pijakan kaki mesin jahit dilengkapi sandal refleksi.
Agastya mengatakan ide pembuatan meja belajar dengan listrik mandiri berawal dari pengalaman ketika berlibur di rumah neneknya di Desa Kubu Karangasem yang belum mendapatkan fasilitas listrik.
“Jadi setiap ke kampung malamnya pasti menggunakan lampu tempel, rawan kebakaran. Oleh karena itu saya ingin membuat alat yang bisa menghidupkan lampu. Sebab saya juga kesusahan belajar karena tidak adanya lampu, makanya saya mengembangkan ide meja belajar yang bisa membangkitkan listrik,” ujarnya saat ditemui Jumat (1/3).
Agastya mengatakan pembuatan meja tersebut memakan biaya Rp 400 ribu karena sebagian besar bahan bekas pakai.
Salah satu gurunya, Wayan Ginastra, menyatakan kreativitas pembuatan meja belajar dengan listrik mandiri merupakan langkah awal yang bisa dikembangkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar IGN Eddy Mulya mengatakan pihaknya sedang merancang tempat pembelajaran bagi peneliti-peneliti muda agar kreativitas mereka dapat tersalurkan.
“Agar memberikan ruang dan kesempatan kepada peneliti muda untuk melakukan penelitian berbasis ilmu dan teknologi, tetapi dengan catatan penelitian ini kita harapkan berbasis pada sains terapan. Artinya sains terapan itu hasil penelitian ini diaplikasikan dan dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujarnya.
Eddy menambahkan kreativitas pengembangan penelitian bagi peneliti muda di Denpasar selama ini terkendala karena keterbatasan peralatan laboratorium yang ada di masing-masing sekolah. Pemerintah Kota Denpasar secara bertahap akan berusaha untuk membantu penyediaan peralatan laboratorium di sekolah-sekolah di kota Denpasar, ujarnya.
Meja belajar yang dibuat dengan memanfaatkan mesin jahit bekas tersebut memiliki listrik mandiri karena dilengkapi dinamo, yang kemudian dihubungkan dengan roda pemutar mesin jahit yang digerakkan melalui pijakan kaki pada mesin jahit.
Listrik yang dihasilkan dari dinamo selanjutnya disimpan dalam aki 12 volt dan dapat digunakan untuk menyalakan lampu yang terpasang pada meja belajar. Listrik tersebut juga dapat digunakan untuk mengisi baterai telepon genggam, iPod dan iPad.
Meja belajar yang dibuat juga memberikan efek positif bagi kesehatan karena pada pijakan kaki mesin jahit dilengkapi sandal refleksi.
Agastya mengatakan ide pembuatan meja belajar dengan listrik mandiri berawal dari pengalaman ketika berlibur di rumah neneknya di Desa Kubu Karangasem yang belum mendapatkan fasilitas listrik.
“Jadi setiap ke kampung malamnya pasti menggunakan lampu tempel, rawan kebakaran. Oleh karena itu saya ingin membuat alat yang bisa menghidupkan lampu. Sebab saya juga kesusahan belajar karena tidak adanya lampu, makanya saya mengembangkan ide meja belajar yang bisa membangkitkan listrik,” ujarnya saat ditemui Jumat (1/3).
Agastya mengatakan pembuatan meja tersebut memakan biaya Rp 400 ribu karena sebagian besar bahan bekas pakai.
Salah satu gurunya, Wayan Ginastra, menyatakan kreativitas pembuatan meja belajar dengan listrik mandiri merupakan langkah awal yang bisa dikembangkan.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar IGN Eddy Mulya mengatakan pihaknya sedang merancang tempat pembelajaran bagi peneliti-peneliti muda agar kreativitas mereka dapat tersalurkan.
“Agar memberikan ruang dan kesempatan kepada peneliti muda untuk melakukan penelitian berbasis ilmu dan teknologi, tetapi dengan catatan penelitian ini kita harapkan berbasis pada sains terapan. Artinya sains terapan itu hasil penelitian ini diaplikasikan dan dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujarnya.
Eddy menambahkan kreativitas pengembangan penelitian bagi peneliti muda di Denpasar selama ini terkendala karena keterbatasan peralatan laboratorium yang ada di masing-masing sekolah. Pemerintah Kota Denpasar secara bertahap akan berusaha untuk membantu penyediaan peralatan laboratorium di sekolah-sekolah di kota Denpasar, ujarnya.