Meski kunjungan wisatawan mancanegara ke Solo terus meningkat, kota ini kekurangan pemandu wisata, terutama yang terampil berbahasa asing.
Sekitar 10 wisatawan mancanegara berjalan memasuki Museum Kraton Kasunanan Solo, Kamis siang (5/7), didampingi pemandu wisata, seorang abdi dalem yang memakai blangkon atau kain batik penutup kepala dan samir atau selendang warna merah dan kuning melingkar di leher.
Juru bicara Kraton Kasunanan Solo, Winarno Kusumo, mengatakan selain jumlah pemandu wisata yang sedikit, kemampuan berbahasa asing mereka pun masih belum memadai.
“Kemampuan berbahasa Inggris ada yang agak lancar, tapi bahasa asing lainnya masih sangat terbatas. Mereka kebanyakan memang mengambil kursus bahasa asing, bahasa sehari-hari saja, kebanyakan juga hafalan. Jumlah pemandu di sini sekitar delapan sampai sembilan orang saja, sebagian besar usia pemandu wisata di Kraton juga masih muda,” kata Winarno.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo, Widdi Srihanto, mengakui kota itu masih kekurangan tenaga pemandu wisata. Jumlahnya sekarang hanya sekitar 100 orang. Selama ini, ungkap Widdi, Solo mengandalkan para pemandu wisata yang berasal dari rombongan wisatawan asing yang berkunjung dari Yogyakarta.
“Kita coba mengadakan kursus bahasa asing untuk para pemandu di Solo. Setiap masa kursus bisa menampung sekitar 50 orang,” ujarnya.
Pada 2011, pemerintah kota Solo mencatat jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 1,7 juta orang, atau naik 700.000 orang disbanding 2010. Hingga April tahun 2012 ini, kunjungan wisatawan mancanegara ke Solo mencapai 2.200 orang yang berasal dari Jepang, Australia, Amerika Serikat, Eropa, Thailand dan Malaysia. Umumnya mereka berkunjung ke Kraton Kasunanan Solo, Pura Mangkunegaran, dan Kampung Batik Laweyan.
Juru bicara Kraton Kasunanan Solo, Winarno Kusumo, mengatakan selain jumlah pemandu wisata yang sedikit, kemampuan berbahasa asing mereka pun masih belum memadai.
“Kemampuan berbahasa Inggris ada yang agak lancar, tapi bahasa asing lainnya masih sangat terbatas. Mereka kebanyakan memang mengambil kursus bahasa asing, bahasa sehari-hari saja, kebanyakan juga hafalan. Jumlah pemandu di sini sekitar delapan sampai sembilan orang saja, sebagian besar usia pemandu wisata di Kraton juga masih muda,” kata Winarno.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Solo, Widdi Srihanto, mengakui kota itu masih kekurangan tenaga pemandu wisata. Jumlahnya sekarang hanya sekitar 100 orang. Selama ini, ungkap Widdi, Solo mengandalkan para pemandu wisata yang berasal dari rombongan wisatawan asing yang berkunjung dari Yogyakarta.
“Kita coba mengadakan kursus bahasa asing untuk para pemandu di Solo. Setiap masa kursus bisa menampung sekitar 50 orang,” ujarnya.
Pada 2011, pemerintah kota Solo mencatat jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 1,7 juta orang, atau naik 700.000 orang disbanding 2010. Hingga April tahun 2012 ini, kunjungan wisatawan mancanegara ke Solo mencapai 2.200 orang yang berasal dari Jepang, Australia, Amerika Serikat, Eropa, Thailand dan Malaysia. Umumnya mereka berkunjung ke Kraton Kasunanan Solo, Pura Mangkunegaran, dan Kampung Batik Laweyan.