PBB mengatakan perdamaian dan stabilitas tidak akan tercapai di Asia Selatan sampai ditemukan solusi yang langgeng bagi jutaan pengungsi Afghanistan.
Afghanistan telah menghasilkan pengungsi selama lebih dari 30 tahun, dan perang berkepanjangan di negara itu terus menciptakan pengungsi baru dan perpindahan secara internal. Badan pengungsi PBB, yang ikut mengatur konferensi dua hari di Jenewa tersebut, menyebut keadaan di Afghanistan sebagai salah satu situasi pengungsi yang paling kompleks dan berlarut-larut di dunia.
Konferensi tersebut mencari pemecahan untuk tiga juta pengungsi Afghanistan yang tinggal di Pakistan dan Iran, dan 5,7 juta warga Afghanistan yang telah kembali ke negara mereka setelah bertahun-tahun di pengungsian. Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Antonio Guterres, mengatakan perpindahan di dalam Afghanistan dan di luar perbatasannya terus berlangsung karena ketidakstabilan, kekeringan dan kondisi yang tidak menguntungkan.
Dia mengatakan tingkat kembalinya pengungsi telah menurun selama tiga tahun terakhir, dari lebih dari seperempat juta pengungsi per tahun menjadi sekitar 70.000 orang saja.
"Kita berada dalam periode transisi penting di Afghanistan yang ditandai dengan ketidakpastian ... pengungsi Afghanistan telah menunjukkan bahwa mereka "berimigrasi ke tempat yang lebih menguntungkan" ketika kondisi kembali baik, mereka selalu berharap untuk pulang ... Solusi yang langgeng bagi para pengungsi dan penciptaan kondisi untuk pemulihan dan reintegrasi tidak hanya mengandalkan aksi kemanusiaan saja. Ini membutuhkan perkembangan politik dan ekonomi,” papar Guterres.
Satu tahun yang lalu, UNHCR bersama dengan pemerintah Afghanistan, Iran dan Pakistan, mulai memetakan strategi tiga tahun untuk menciptakan peluang bagi solusi penyelesaian jangka panjang bagi pengungsi Afghanistan.
Duta Besar Lakhdar Brahimi telah menjabat dua kali di Afghanistan sebagai Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB, dari Juli 1997 sampai Oktober 1999 dan segera setelah 9/11, 2001 sampai Januari 2004. Dalam pidatonya pada konferensi itu, ia mendesak masyarakat internasional untuk belajar dari kesalahan masa lalu dan tidak mengulanginya lagi.
Brahimi mengatakan berulang kali negara-negara lain telah berjanji untuk tidak melupakan Afghanistan dan untuk tetap melibatkan negara itu, tapi kemudian melupakannya lagi sehingga menghasilkan lebih banyak konflik, kematian, dan pengungsi.
Brahmini mengatakan perundingan politik harus meliputi seluruh bagian masyarakat Afghanistan, termasuk Taliban yang telah siap mengikuti proses tersebut.
Konferensi tersebut mencari pemecahan untuk tiga juta pengungsi Afghanistan yang tinggal di Pakistan dan Iran, dan 5,7 juta warga Afghanistan yang telah kembali ke negara mereka setelah bertahun-tahun di pengungsian. Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Antonio Guterres, mengatakan perpindahan di dalam Afghanistan dan di luar perbatasannya terus berlangsung karena ketidakstabilan, kekeringan dan kondisi yang tidak menguntungkan.
Dia mengatakan tingkat kembalinya pengungsi telah menurun selama tiga tahun terakhir, dari lebih dari seperempat juta pengungsi per tahun menjadi sekitar 70.000 orang saja.
"Kita berada dalam periode transisi penting di Afghanistan yang ditandai dengan ketidakpastian ... pengungsi Afghanistan telah menunjukkan bahwa mereka "berimigrasi ke tempat yang lebih menguntungkan" ketika kondisi kembali baik, mereka selalu berharap untuk pulang ... Solusi yang langgeng bagi para pengungsi dan penciptaan kondisi untuk pemulihan dan reintegrasi tidak hanya mengandalkan aksi kemanusiaan saja. Ini membutuhkan perkembangan politik dan ekonomi,” papar Guterres.
Satu tahun yang lalu, UNHCR bersama dengan pemerintah Afghanistan, Iran dan Pakistan, mulai memetakan strategi tiga tahun untuk menciptakan peluang bagi solusi penyelesaian jangka panjang bagi pengungsi Afghanistan.
Duta Besar Lakhdar Brahimi telah menjabat dua kali di Afghanistan sebagai Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB, dari Juli 1997 sampai Oktober 1999 dan segera setelah 9/11, 2001 sampai Januari 2004. Dalam pidatonya pada konferensi itu, ia mendesak masyarakat internasional untuk belajar dari kesalahan masa lalu dan tidak mengulanginya lagi.
Brahimi mengatakan berulang kali negara-negara lain telah berjanji untuk tidak melupakan Afghanistan dan untuk tetap melibatkan negara itu, tapi kemudian melupakannya lagi sehingga menghasilkan lebih banyak konflik, kematian, dan pengungsi.
Brahmini mengatakan perundingan politik harus meliputi seluruh bagian masyarakat Afghanistan, termasuk Taliban yang telah siap mengikuti proses tersebut.