Somalia akan segera membawa pulang 5.000 laki-laki yang dikirim untuk dilatih di Eritrea sebagai tentara, demikian pernyataan seorang juru bicara pemerintah pada Selasa (19/7), setelah protes yang dilancarkan para orang tua yang mengklaim anak laki-laki mereka telah direkrut dengan alasan palsu dan ditawan.
Laporan awal hilangnya ribuan orang telah memicu demonstrasi di ibu kota Somalia, Mogadishu, dan beberapa kota lainnya pada Januari 2021.
Beberapa bulan kemudian, seorang agen intelijen Somalia yang menyelidiki kasus itu tewas.
Pada minggu lalu, Presiden Hassan Sheikh Mohamud yang baru terpilih, bertemu dengan para tentara di Eritrea, kata kantor presiden itu. Namun tidak ada rincian soal berapa banyak laki-laki yang telah dikirim ke Eritrea. Pendahulunya juga menolak menjawab pertanyaan soal masalah ini.
Juru bicara Mohamud, Abdikarim Ali Kar, mengatakan kepada wartawan “mereka adalah 5.000 tentara yang hilang dan kini telah ditemukan. Pemerintah sebelumnya tidak berkomunikasi dengan orang-orang tentang tentara ini sehingga mereka hanya menyebarluaskan desas-desus. Proses untuk membawa mereka pulang kini sedang berlangsung.”
Ia membantah laporan bahwa orang-orang itu ditahan di luar kehendak mereka di Eritrea, meskipun keluarga mereka mengatakan sejak direkrut, mereka tidak lagi dapat menghubungi anggota keluarga.
Hubungan antara pemimpin Somalia, Ethiopia dan Eritrea menghangat setelah pergantian kepemimpinan di Ethiopia pada 2018. Eritrea kerap digambarkan sebagai “Korea Utara Afrika” karena penindasan, kerja paksa dan pengawasan ketat terhadap warga negaranya. [em/jm]