Spanyol Berjanji Brexit Tak akan Ubah Kehidupan di Gibraltar

Seorang perempuan berjalan di wilayah Spanyol dekat perbatasan dengan wilayah Inggris di Gibraltar, dengan batu karang Gibraltar tampak di belakang, di kota La Linea de la Concepcion, Spanyol (foto: dok).

Menteri Luar Negeri Spanyol hari Kamis (8/2) berjanji kehidupan sehari-hari di Gibraltar tidak akan terpengaruh oleh Brexit, meredakan kekhawatiran bahwa Madrid akan memanfaatkan keluarnya Inggris dari Uni Eropa untuk merebut kekuasaan atas wilayah di luar Spanyol itu.

Menlu Alfonso Dastis menegaskan Spanyol dan Inggris harus menyelesaikan "masalah-masalah kecil yang mengganggu" sebelum mengijinkan kesepakatan pasca-Brexit diterapkan di wilayah yang terletak di ujung selatan Spanyol itu.

Gibraltar berada di bawah kendali Inggris sejak 1713, tetapi Spanyol sejak lama menginginkan Gibraltar dikembalikan menjadi wilayah kekuasaannya. Oleh karenanya pihak berwenang di wilayah ini khawatir Spanyol akan mempengaruhi perundingan kompleks antara Uni Eropa dan Inggris terkait keluarnya Inggris dari blok tersebut untuk merebut otoritas atas Gibraltar atau mempersulit kehidupan sehari-hari di sana.

"Tidak ada yang akan berubah setelah Inggris pergi," kata Dastis kepada AFP dan menambahkan Brexit tidak akan mempengaruhi hubungan sehari-hari antara Spanyol dan Gibraltar dan ribuan pekerja yang menyeberang ke Gibraltar setiap hari dan perekonomian teritori itu sendiri.

"Orang tetap bisa tinggal di satu tempat dan bekerja di tempat lain," tambahnya.

"Kami tidak berniat mempersulit kehidupan warga, menutup perbatasan atau menyulitkan pergerakan," janjinya.

Perbatasan darat yang kecil antara Spanyol dan Gibraltar sejak lama menjadi pusat ketegangan. Diktator Spanyol Francisco Franco pernah menutup perbatasan itu tahun 1969, sehingga menyebabkan warga terdampar di pulau itu dan bergantung pada hubungan udara dan kapal sampai perbatasan di darat dibuka kembali tahun 1985.

Hubungan Spanyol dan Gibraltar sejak itu mencair tetapi belakangan ketegangan muncul kembali di bawah pemerintahan konservatif Spanyol, yang selain mengklaim kedaulatan juga menindak penyelundupan tembakau sepanjang perbatasan itu dan menuduh Gibraltar sebagai tempat untuk menghindari pajak.

Spanyol tahun lalu memicu kegemparan ketika menyisipkan klausul dalam perundingan Uni Eropa yang menyatakan setelah Brexit, Spanyol akan memiliki hak untuk memveto hubungan masa depan di antara ke 27 anggota blok dengan Gibraltar.

Klausul ini menyebabkan ketegangan besar ketika terungkap bulan Maret 2017, yang menyebabkan Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan tidak akan pernah membiarkan Gibraltar lepas dari kendali Inggris selama hal itu dikehendaki penduduk Gibraltar.

Dastis mengatakan Spanyol tidak akan menuntut pengembalian Gibraltar menjadi syarat dalam pembicaraan Brexit. Tapi ia bersikeras bahwa Spanyol dan Inggris harus menyelesaikan "masalah kecil yang mengganggu" sebelum kesepakatan pasca-Brexit diterapkan pada Gibraltar.

Masalah ini termasuk bandara Gibraltar, yang dibangun di atas sebidang tanah antara Spanyol dan pulau karang itu dan tidak diserahkan pada Inggris tahun 1713. Karenanya Dastis mengatakan Spanyol juga ingin memanfaatkan bandara itu bersama Gibraltar. Ia juga mengatakan ada "masalah dalam pertukaran informasi pajak" - klaim yang dibantah Gibraltar, dengan mengatakan pihaknya mematuhi secara teratur permintaan data dari Spanyol. [my/jm]