Ratusan tahun lalu, Altiplano diyakini sebagai padang rumput yang subur. Di padang yang terbentang di antara wilayah Granada, Almeria, dan Murcia, banyak ditemui pohon oak dan berbagai jenis tanaman obat dan bumbu, seperti jupiter dan savine.
Namun, padang rumput itu kini terlihat mulai tandus. Berbagai kegiatan manusia telah membuat banyak pohon dan tanaman di sana tersingkir. Walhasil, padang yang terletak di ketinggian lebih dari 1.600 meter di atas permukaan laut ini mengalami kelangkaan air.
Iklim sangat tidak bersahabat di padang ini. Pada musim dingin, salju biasanya turun dengan suhu udara yang 'menggigit'. Musim panas bisa berlangsung berbulan-bulan. Banyak pihak khawatir, padang rumput Altiplano akan berubah menjadi gurun jika tidak diambil tindakan untuk mencegahnya.
Pemerintah kawasan Andalusia, di mana Altiplano terletak, bekerjasama dengan organisasi nirlaba AlVeLal, berusaha memulihkan bentangan lahan seluas satu juta hektar ke kondisinya semula, setelah berabad-abad memanfaatkannya untuk pertanian gandum dan zaitun, dan peternakan.
Jaime Lara, direktur Taman Nasional Sierra de María-Los Vélez, terlibat dalam proyek itu."Kami memiliki program yang sangat ambisius untuk memulihkan vegetasi hutan yang kami yakini pernah menutupi semua kawasan hutan ini. Lanskap ini telah terdegradasi secara tak terkontrol karena pemanfaatannya untuk kebutuhan ternak, kayu, rumput, dan lain-lain.”
Proyek sabuk hijau ambisius ini sebetulnya telah diluncurkan sejak 2015 dan diperkirakan akan memakan waktu hingga setidaknya 2035. Namun, karena berbagai hal, baru terealisasi pada tahun ini.
Untuk memulihkan vegetasi, para ilmuwan memanfaatkan sejumlah pesawat nirawak (drone) untuk menyebarkan benih spesies tanaman dan pohon melintasi di dataran tinggi itu.
Penghijauan di wilayah Andalusia sulit dan mahal. Para konservasionis harus menggunakan mesin-mesin besar untuk membuka alur-alur di tanah agar air dapat merembes masuk, yang pada gilirannya menghancurkan vegetasi yang ada atau harus menyirami selama bertahun-tahun, dan menyediakan nutrisi di dalam tanah.
Itu sebabnya proyek ini melakukan restorasi lanskap berdasarkan teknik penanaman dan penaburan benih.
Selama dua hari, sekitar 500.000 benih dijatuhkan dari drone di atas lahan seluas 50 hektar.
Teknisi reboisasi Daniel Calatayud mengatakan benih yang disebar dilindungi sedemikian rupa sehingga tidak dimakan satwa liar setempat. “Kami membungkusnya dalam kapsul. Kapsul ini dirancang untuk melindunginya dari tikus dan burung, tetapi juga dirancang untuk menjaga kelembaban benih cukup lama setelah hujan sehingga benih tidak mengering karena sinar matahari, dan punya waktu untuk berkecambah.”
Masyarakat lokal, para peternak, petani dan pengusaha dari 76 kota terdekat didorong untuk berpartisipasi dengan ikut menanam tanaman dan pohon dengan tangan mereka sendiri
Para ilmuwan berharap pohon dan tanaman yang mereka tumbuhkan dapat beradaptasi, menyebar, dan bertahan dari kondisi ekstrem yang dapat ditimbulkan oleh perubahan iklim.
Sebuah studi tahun 2016, yang diterbitkan dalam jurnal Science, memperkirakan Spanyol selatan akan menjadi gurun dan hutan-hutannya akan menghilang kecuali pemanasan global berhasil dikendalikan.
Para peneliti mengatakan di bawah skenario paling ekstrem, di mana pemanasan global mencapai dua derajat Celsius gurun akan meluas di Spanyol, Afrika Utara dan Timur Dekat, sementara vegetasi di wilayah tersebut akan mengalami perubahan signifikan dari pantai hingga pegunungan. [ab/ka]