Sri Lanka, Senin (27/12) mengumumkan penutupan tiga misi diplomatik luar negeri dalam upaya menyelamatkan cadangan mata uang asing. Langkah itu dilakukan karena bank sentral negara itu menerapkan kontrol yang lebih ketat pada dolar yang diperlukan untuk membiayai impor penting.
Komisi Tinggi (Kedubes) Sri Lanka di Nigeria dan konsulat di Jerman dan Siprus akan ditutup mulai Januari mendatang dalam rangka restrukturisasi, kata kementerian luar negeri.
BACA JUGA: 150 Terpidana Mati di Sri Lanka Lakukan Mogok Makan"Restrukturisasi dilakukan dengan tujuan menghemat cadangan devisa negara yang sangat dibutuhkan dan membatasi pengeluaran terkait dengan pembiayaan misi Sri Lanka di luar negeri," sebut kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Ekonomi yang bergantung pada pariwisata pulau itu dihantam oleh pandemi dan pemerintah pada Maret tahun lalu memberlakukan larangan impor yang luas untuk menopang cadangan devisa, dan akibatnya memicu kekurangan komoditas penting seperti bahan bakar dan gula.
Penutupan tiga misi itu terjadi pada hari yang sama Bank Sentral Sri Lanka memperketat pembatasan pengiriman dalam bentuk mata uang asing yang diterima oleh penduduk setempat.
BACA JUGA: Krisis Mata Uang, Sri Lanka Alami Kekurangan PanganBank Sentral memerintahkan bank-bank komersial menyerahkan seperempat dari pendapatan dolar mereka kepada pemerintah, naik dari 10 persen.
Ini berarti sejumlah bank akan memiliki lebih sedikit dolar untuk diberikan kepada pebisnis swasta yang mengimpor komoditas penting.
Sri Lanka memiliki cadangan devisa hanya $1,58 miliar pada akhir November, turun dari $7,5 miliar ketika Presiden Gotabaya Rajapaksa menjabat pada tahun 2019.
Bank sentral telah meminta mata uang asing -- bahkan uang receh dari warga yang kembali dari perjalanan luar negeri mereka. [mg/jm]